Kamis, 25 Februari 2010

Sang Pejuang Sejati


Sang Pejuang Sejati

Masing-masing kita sebaiknya mengevaluasi diri, apakah kita memang sudah
benar-benar menjadi pejuang di jalan-Nya atau jangan-jangan, baru sebatas
khayalan dan angan-angan kosong belaka. Inginkan syurga, tetapi tidak siap
menggadaikan diri, harta dan jiwa. "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan
masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di
antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar." (QS. 3:142). Ya, kita
mengira akan masuk surga dengan pegorbanan yang sedikit, seakan ingin
menyamakan diri dengan hukum ekonomi kapitalis, "Mendapatkan output yang
sebesar-besarnya, semaksimal mungkin, dengan input yang seminimal mungkin."

Aduhai., sesungguhnya hari akhir itu adalah perkara yang besar. Dan surga
yang luasnya seluas langit dan bumi itu, sangat mahal harganya. Rasulullah
SAW bersabda, "Generasi awal sukses karena zuhud dan teguhnya keyakinan,
sedang ummat terakhir hancur karena kikir dan banyak berangan muluk kepada
Allah."

Saat nasyid-nasyid perjuangan dilantunkan, gemuruh di dalam dada menjadi
berkobar-kobar untuk berjuang. Tetapi sayang, ternyata hanya tersimpan di
dalam dada dan semangat itu ikut surut seiring dengan berakhirnya lantunan
nasyid. Tidak keluar dalam amaliyah yang nyata. Demi Allah., keimanan
bukanlah dilihat dari yang paling keras teriakan takbirnya, bukan pula dari
yang paling deras air matanya kala muhasabah, dan bukan pula dari yang
paling ekspresif menunjukkan kemarahan kala melihat Israel menyerang
Palestina. Bukan pula dari yang paling banyak simbol-simbol keagamaannya.
Karena itu semua hanya sesaat. Sesungguhnya keistiqomahan dalam berjuang,
itulah indikasi keimanan sang pejuang yang sebenarnya. Pejuang yang sabar
menapaki hari-hari dengan mengibarkan panji Illahi Rabbi. Yang selalu
bermujahadah mengamalkan Al Qur�an. Teguh pendirian. Tak kenal henti. Hingga
terminal akhir, surga.

Pengorbanan

Apakah dengan memakai sedikit waktu untuk berda�wah, sudah menganggap diri
telah melakukan totalitas perjuangan? Padahal para nabi tidaklah menjadikan
da�wah ini hanya sekedarnya saja, tetapi sebagaimana dicantumkan dalam Surat
Nuh ayat 5, "....Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang
dan malam." Pun dalam surat Al Muzzamil, "Hai orang yang berkemul, bangunlah
lalu berilah peringatan, dan Rabbmu agungkanlah." Sejak ayat itu turun, sang
nabi akhir zaman selalu siaga dalam kehidupan. Bahkan, hingga menjelang
ajalnya, Rasulullah tengah menyiapkan peperangan untuk menegakkan Al Haq.

Sang pejuang, tetapi makanannya adalah sebaik-baik makanan, dan pakaiannya
adalah sebaik-baik pakaian. Dan dengan tanpa rasa berdosa, asyik menonton
sinetron-sinetron cinta dan acara gosip, mendengar lagu-lagu cinta,
berghibah, perut kenyang, banyak tidur, dan mengabaikan waktu, lalu berharap
mendapatkan syurga? Sangatlah jauh. bagaikan punduk merindukan rembulan.
Alangkah berbedanya dengan yang dicontohkan Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar,
Mush�ab bin Umair dan para sahabat yang lainnya. Yang setelah mendapatkan
hidayah, mereka justru menjauhi kemewahan hidup. Mereka mampu secara
ekonomi, tetapi mereka tidak rela menikmati dunia yang melalaikan.

Seorang pejuang harus memahami jalan mendaki yang akan dilaluinya. Sang Nabi
tak pernah tertawa keras apatah lagi terbahak-bahak. Dan hal itu dikarenakan
keimanan yang tinggi akan adanya hari akhir, akan adanya surga dan neraka.
Ada amanah da�wah yang besar di pundaknya, lantas bagaimana mungkin seorang
pejuang akan banyak bercanda? Imam Syahid Hasan Al Banna memasukkan
"keseriusan" atau tidak banyak bergurau sebagai bagian dari 10 wasiatnya.
Dan dikisahkan pula bahwa Sholahuddin Al Ayyubi tak pernah tertawa karena
Palestina belum terbebaskan.

Keringnya suasana ruhiyah di lingkungan kita, bisa jadi karena di antara
kita -saat di luar halaqah- jarang saling bertaushiyah tentang hari akhir.
Bahkan sungguh aneh, dapat tertawa dan tidak menyimak ketika Al Qur�an
dibacakan di dalam pembukaan ta�lim. Atau saat kaset murottal diputar,
mengobrol tak mengindahkan. Yang mengindikasikan bahwa Al Qur�an itu baru
sampai di tenggorokan saja. "Akan tiba suatu masa dalam ummat ketika orang
membaca Al Qur�an, namun hanya sebatas tenggorokannya saja (tidak masuk ke
dalam hatinya)." (HR. Muslim). Dimanakah air mata keimanan? Ya Rabbi.,
ampunilah kelemahan kami dalam menggusung panji-Mu.

Kederisasi generasi sebaiknya tidak melulu tentang pergerakan dan
mengabaikan aspek keimanan. Keimanan harus senantiasa dihembuskan dimana

kutipan http/: hurul.cybermq.com
saja karena ia adalah motor penggerak yang hakiki. Iman adalah akar.

AGAR AKAL TIDAK TERGELINCIR


“ Banyak keadaan orang yang meninggalkan apa yang wajib atas mereka dari amar ma’ruf dan nahyu mungkar dan jihad dengan alasan agar mereka terhindar dari kotoran nafsu dan syahwat. Padahal sebenarnya mereka sendirilah yang telah jatuh dalam fitnah yang lebih besar karena anggapan mereka telah terhindar darinya. Karena yang wajib mereka lakukan adalah melakukan kewajiban itu sendiri sekaligus menghindari hal-hal yang dilarang dalam melakukannya. Kedua-duanya wajib dilakukan ”
(Ibnu Taimiyah)


Ikhwati fillah...
Bagaimana keadaan kita hari ini wahai saudaraku ? tundukkan hati. Ucapkanlah puji dan syukur kita kepada Allah karena hingga saat ini kaki kita masih tetap kuat dan kokoh berpijak di sini. Sebuah perjalanan yang pasti mengandung risiko. Sebuah langkah pasti yang memiliki konsekuensi. Tapi hanya dijalan inilah, di jalan taat kepada Allah, di jalan pengabdian kepada Allah, di jalan pengorbanan untuk Allah semua risiko bisa kita rasakan sebagai sebuah kenikmatan. Maka ungkapkanlah sekali lagi rasa syukur kita itu ” Alhamdulillahi ala kulli haal...” Segala puji hanya untuk Allah atas segala keadaan.

Ikhwati kiraam...
Allah SWT telah mengkaruniai kita akal dan kemampuan berfikir. Akal dan fikiran kita adalah bekal yang teramat mahal dalam hidup ini. Manusia mulia dengan akal dan hina karena akal. Akal kita bukan wahyu, tapi ia menjadi perantara kita mengenal wahyu. Kemampuan akallah yang menjadi faktor utama dalam menilai apakah seseorang sudah wajib melaksanakan perintah Allah SWT atau belum. Fungsi akallah yang menjadi alasan mendasar untuk menimbang apakah seseorang sudah saatnya dikenakan hukuman bila ia menerjang dosa. Akal juga menjadi sarana penting untuk mengetahui jalan yang selamat dan terhindar dari bahaya. Tanpa akal kita tidak mengenal rambu-rambu hidup ini. Dan karenanya, kebodohan yang identik dengan tidak berfungsinya akal adalah musibah terbesar bagi kita.

Ada banyak firman-firman Allah SWT yang mengajak kita untuk menggunakan akal. Kalimat yang mengajak kita untuk menggunakan akal baik dalam bentuk kalimat ” la’allakum ta’qiluun” yang artinya agar kalian berikir, atau ”afalaa ta’qiluun” yang artinya apakah kalian tidak berakal atau berfikir, tersebar dalam puluhan ayat al Qur’an.

Ikhwati fillah rahimakumullah..
Akal juga bisa membuat kita terseret bahaya. Seperti yang dikhawatikan oleh Umar bin Abdul Aziz dalam katanya kepada Roja’ bin Haywa, ”Wahai Roja’ aku mempunyai akal tapi aku takut Allah mengazabku karena akalku....” (sirah wa manqib umar, Ibnu Jauzi :252). Umar bin Abdul Aziz yang ahli ibadah itu takut sekali dengan kemampuan akalnya yang besar. Khawatir bila kemampuan berfikirnya mendorongnya hingga mengeluarkan alasan merubah larangan menjadi sesuatu yang boleh dan wajar dilakukan. Takut bila potensi berfikirnya berfungsi untuk menghindarkan dirinya dari kewajiban. Was-was bila ketajaman akalnya perlahan-lahan mengajaknya lebih bersandar pada kemampuan diri sendiri ketimbang menyandarkan diri kepada kuasa Allah SWT. Lalu tunduk pada pandangan akalnya sendiri sehingga kehilangan sandaran kuatnya Allah SWT dan meninggalkan benteng kuat yang akan melindunginya, Allah SWT.

Diantara peyimpangan fungsi akal adalah pengesahan pekerjaan yang berdosa tapi menjadi wajar dan lumrah bahkan keharusan. Ini adalah bagian dari fitnah akal yang sangat berbahaya. Praktiknya mungkin jarang dilakukan didepan orang banyak tapi bisa tercetus secara bertubi-tubi dalam hati kita untuk memuaskan dan memenangkan diri sendiri dengan perbuatan dosa yang sudah dilakukan.

Ikhwati fillah rahimakumullah...
Lihatlah bagaimana sikap orang-orang munafiq yang minta izin kepada Rasullah SAW untuk tidak ikut dalam barisan mujahidin karena takut terjerumus fitnah. Mereka berargumen dengan tidak pergi bersama Rasulullah dalam jihad mereka bisa selamat dari fitnah yang membahayakan. Padahal hakikatnya justru merekalah yang terjerumus dalam fitnah tersebut. Kisahnya disebutkan didalam al-Qur’an : ” Diantara mereka ada yang berkata: "Berilah saya keijinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah". Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir ”. (At-Taubah [9]:49)

Ibnu Taimiyah rahimahullah juga menyinggung masalah ini, untuk menghindar dari penyalahgunaan akal dan pikiran, ia mengatakan sebaiknya kita menghimpun antara ilmu syari’ah dan ilmu tazkiyatun nafs. ”Banyak keadaan orang yang meninggalkan apa yang wajib atas mereka dari amar ma’ruf dan nahyul mung dan jihad dengan alasan agar mereka terhindar dari kotoran nafsu dan syahwat padahal sebenarnya mereka sendirilah yang telah jatuh dalam fitnah yang lebih besar karena anggapan mereka telah terhindar darinya. Karena yang wajib mereka lakukan adalah melakukan kewajiban itu sendiri, sekaligus menghindari hal-hal yang dilarang dalam melakukannya. Kedua-duanya wajib dilakukan”. (Fatawa Ibnu Taimiyah, 28/168)

Ikhwati fillah...
Begitulah akal dan pikiran kita bisa juga menjadi pintu kemaksiatan yang menggeser amal ketaatan. Akal bisa menjadi sarana seorang ujub, sombong lalu membuang sikap tawadhu’ dan rendah hati. Akal dan pikiran bisa membuat banyak alasan agar seseorang boleh melakukan kesalahan yang sebenarnya dilarang tapi dengan argumentasi yang sepertinya memuaskan. Tanpa ketaqwaan dan sikap wara’ kemampuan akal bisa memunculkan sikap melupakan dosa atau menyepelekan dosa, membesar-besarkan suatu ketaatan, piawai menyembunyikan keburukan dan aib-aib diri, merasa lebih baik dari orang lain dan akhirnya tuli dari menerima nasihat dan buta dari mendengarkan kebenaran.

Dahulu para salafushalih telah menemukan satu cara yang sangat efektif untuk mengendalikan akal dan pikiran mereka. Mereka melakukan suatu kebiasaan yang bisa mengarahkan fungsi akal untuk selalu dekat dengan kehendak Allah SWT. Cara yang mereka lakukan adalah dengan melakukan tadabbur dan tafakkur atau merenung dan berfikir tentang ciptaan Allah. Dengan cara itulah mereka menguak banyak ilmu dan memetik buah dari akal yang efeknya bisa lebih mendorong mereka melakukan amal-amal ketaatan. Dengan cara itulah mereka tetap merasa kerdil tidak berdaya dihadapan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.

Ikhwatifillah .....
Merenungi ciptaan Allah, berfikir tentang diri sendiri, hanyut dalam keheningan untuk memikirkan berbagai kekuasaan Allah adalah ibadah. Sufyan ats-Tauri pernah melakukan tafakur tentang langit hingga ia merasa sangat takut bersedih dan pingsan. Istri Abu Darda yang sangat terkenal dengan kualitas dan kuantitas amal-amal shalihnya mengatakan, ”Keadaannya yang paling banyak adalah tafakkur”.

Ikhwatifillah ......
Akhirnya berhati-hatilah digelincirkan syaithan dengan meninggalkan amal shalih dengan alasan memelihara tawadhu’ dan ikhlas. Berhati-hatilah meninggalkan sebuah tanggungjawab, jika hal itu yang harus kita lakukan, dengan alasan mengutamakan zuhud. Wallahu ’alamu bishowwab
dikutip dari http/pawewetblogs.blogspot.com/2009

SECTIO CAESAREA


A. PENGERTIAN
Operasi caesarea adalah kelahiran janin cukup bulan hidup melalui insisi sayatan) pada dinding perut dan rahim bagian depan.

B. ETIOLOGI
Infeksi ekstrakranial , misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas

C. PATOFISIOLOGI
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran tersebut dengan akibat teerjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15 menit ) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi epilepsi.

D. MANIFESTASI KLINIK
1. Kejang parsial ( fokal, lokal )
a. Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
 Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.
 Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
 Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.
 Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b. Kejang parsial kompleks
 Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks
 Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap – ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
 Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
2. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
a. Kejang absens
 Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
 Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik
 Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
b. Kejang mioklonik
 Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak.
 Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
 Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
 Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c. Kejang tonik klonik
 Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
 Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
 Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
 Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d. Kejang atonik
 Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
 Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

E. KOMPLIKASI
1. Aspirasi
2. Asfiksia
3. Retardasi mental

F. UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak
5. Uji laboratorium
 Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
 Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
 Panel elektrolit
 Skrining toksik dari serum dan urin
 GDA
 Kadar kalsium darah
 Kadar natrium darah
 Kadar magnesium darah

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Memberantas kejang Secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan penunjang
 Semua pakaian ketat dibuka
 Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
 Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
 Penhisapan lendir harus dilakukan secara tertur dan diberikan oksigen.
3. Pengobatan rumat
 Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.
 Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
 Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
 Kejang demam yang mempunyai ciri :
- Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi perkembangan dan mikrosefali
- Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal atau diikiuti kelainan saraf yang sementara atau menetap
- Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
- Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
4. Mencari dan mengobati penyebab

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
A. Pengkajian
Pengkajian neurologik :
1. Tanda – tanda vital
 Suhu
 Pernapasan
 Denyut jantung
 Tekanan darah
 Tekanan nadi
2. Hasil pemeriksaan kepala
 Fontanel : menonjol, rata, cekung
 Lingkar kepala : dibawah 2 tahun
 Bentuk Umum
3. Reaksi pupil
 Ukuran
 Reaksi terhadap cahaya
 Kesamaan respon
4. Tingkat kesadaran
 Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
 Iritabilitas
 Letargi dan rasa mengantuk
 Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain
5. Afek
 Alam perasaan
 Labilitas
6. Aktivitas kejang
 Jenis
 Lamanya
7. Fungsi sensoris
 Reaksi terhadap nyeri
 Reaksi terhadap suhu
8. Refleks
 Refleks tendo superfisial
 Reflek patologi
9. Kemampuan intelektual
 Kemampuan menulis dan menggambar
 Kemampuan membaca
B. Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi cidera
2. Gangguan citra tubuh
3. Resiko tinggi koping keluarga dan koping individu tidak efektif
C. Intervensi keperawatan
1. Kejang
 Lindungi anak dari cidera
 Jangan mencoba untuk merestrain anak
 Jika anak berdiri atau duduk sehingga terdapat kemungkinan jatuh, turunkan anak tersebut agar tidak jatuh
 Jangan memasukan benda apapun kedalam mulut anak
 Longgarkan pakaiannya jika ketat
 Cegah anak agar tidak trpukul benda tajam, lapisi setiap benda yang mungkin terbentur dengan anak dan singkirkan semua benda tajam dari daerah tersebut
 Miringkan badan anak untuk mem fasilitasi bersihan jalan nafas dari sekret
2. Lakukan observasi secara teliti dan catat aktiitas kejang untuk membantu diagnosis atau pengkajian respon pengobatan
 Waktu awitan dan kejadian pemicu
 Aura
 Jenis kejang
 Lamanya kejang
 Intervensi selama kejang
 Tanda tanda vital










DAFTAR PUSTAKA

1. Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
2. Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F. Jakarta : EGC.
3. Ngastiyah.( 1997 ). Perawatan Anak Sakit Jakarta : EGC
4. Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : gaya baru
5. Kejang Pada Anak. www. Pediatrik.com/knal.php

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK MALIGNA

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK MALIGNA

I. Pengertian
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).
II. Penyebab
 Streptococcus.
 Stapilococcus.
 Diplococcus pneumonie.
 Hemopilus influens.


Otitis Media

Otitis media supuratif Otitis media non Supuratif
(Otitis media serosa)

Otitis media akut (OMA) Otitis media serosa akut

(lebih 2 bulan)
Otitis media supuratip kronis Otitis media serosa kronis
(OMSK) (Glue ear)



Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)


I. Pengertian
Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah (Syamsuhidajat, 1997).

II. Patofisiologi

O M S K

Maligna Benigna

Degeneratif Metaplastik

 Terdapat perforasi pada marginal/atik.  Terlihat kolesteatom pada telinga
 Granulasi di liang telinga luar yang tengah (di epitimpanum).
berasal dari dalam telinga tengah.  Sekret berbentuk nanah dan
 Polip berbau khas (aroma kolesteatiom)


Otore = pus pada MAE
(kental/busuk)
Gangguan berkomunikasi Cemas

Pendengaran menurun



Perubahan persepsi / sensori


III. Pemeriksaan :
a. Anamnesis
Keluhan utama dapat berupa :
1. Gangguan pendengaran/pekak.
Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan :
 Apakah keluhan tsb. pada satu telinga atau kedua telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah secara bertahap dan sudah berapa lamanya.
 Apakah ada riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik atau pemekaian obat ototoksik sebelumnya.
 Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influensa berat dan meningitis.


 Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi , atau pada tempat yang bising atau pada tenpat yang tenang.
2. Suara berdenging/berdengung (tinitus)
 Keluhan telinga berbunyi dapat berupa suara berdengung atau berdenging yang dirasakan di kepala atau di telinga, pada satu sisi atau kedua telinga.
 Apakah tinitus ini menyertai gangguan pendengaran.
3. Rasa pusing yang berputar (vertigo).
Dapat sebagai keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh.
 Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien berbaring dan timbul lagi bila bangun dnegan gerakan cepat.
 Apakah keluhan vertigo ini disertai mual, muntah, rasa penuh di telinga dan telinga berdenging yang mungkin kelainannya terdapat di labirin atau disertai keluhan neurologis seperti disentri, gangguan penglihatan yang mungkin letak kelainannya di sentral. Kadang-kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada kekakuan pergerakan otot-oto leher. Penyakit DM, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis, dapat menimbulkan keluhan vertigo dan tinitus.
4. Rasa nyeri di dalam telinga (Otalgia)
 Apakah pada telinga kiri/kanan dan sudah berapa lama.
 Nyeri alihan ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri gigi, sendi mulut, tonsil, atau tulang servikal karena telinga di sarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ-organ tersebut.
5. Keluar cairan dari telinga (otore)
 Apakah sekret keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa sakit atau tidak dan sudah berapa lama.
 Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari teklinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan yang keluar seperti air jernih harus waspada adanya cairan liquor serebrospinal.
b. Tes audiometrik.
Merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas (mampu mendengar suara) dan perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan bunyi kata-kata), dilaksanakan dnegan bantuan audiometrik.

Tujuan :
1. Menentukan apakah seseorang tidak mendengar.
2. Untuk mengetahui tingkatan kehilangan pendengaran.
3. Tingkat kemampuan menangkap pembicaraan.
4. Mengethaui sumber penyebab gangguan pada telinga media (gangguan konduktif) dari telinga tengah (sistem neurologi).
Pendengaran dapat didintifikasikan pada saat nol desibel naik sebelum seseorang mendengar suara frekuensi yang spesifik. Bunyi pada tik nol terdengar oleh orang yang pendengarannya normal. Sampai ke-20 db dianggap dalam tingakt normal.

IV. Terapi OMSK
Tidak jarang memerlukan waktu lama serta harus berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain di sebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu :
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar.
2. Terdapat sumber infeksi di laring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal.
3. Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid.
4. Gizi dan higiene yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe maligna adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila terdapat OMSK tipe maligna maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.
Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi (sederhana atau radikal).
Tujuan operasi ini untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian operasi ini adalah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier pasien.

Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta membuat meatal-plasty yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus luar liang telinga menjadi lebar.

iV. Tindakan Pembedahan
Timpanoplasti dengan pendekatan Ganda (Combined Approach Tympanoplasty)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna dnegan jaringan granulasi yang luas. Tujuan opeasi ini untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik matoidektomi radikal (tampa meruntuhkan dinding posterior liang telinga.
Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani di kerjakan melalui 2 jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Tehnik operasi ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati oleh para ahli karena sering terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.


B. Fokus Pengkajian :
Data Subyektif :
Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah neyeri serta hilangnya pendengaran. Data harus disertai pernyataan mengenai mulai serangan, lamanya, tingakt nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya tekanan kepada kulit dinding saluran yang sangat sensitif dan kepada membran timpani oleh cairan getah radang yang terbentuk didalam telinga tengah. Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah mengganggu lewatnya gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran berkurang.
Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti tentang cara pencegahannya.

Data Obyektif :
Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus diterangkan. Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis eksterna dan media.
Pengkajian dari saluran luar dan gedang telinga (membran timpani). Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian telinga, karena merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada telinga tengah. Membran timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas, terlihat ke abu-abuan. Terletak pada membran atau terlihat batas-batasnya. Untuk visulaisasi telinga luar dan gendang telinga harus digunakan otoskop.
Bagian yang masuk ke telinga disebut speculum (corong) dan dengan ini gendang telinga dapat terlihat, untuk pengkajian yang lebih cermat perlu dipakai kaca pembesar. Otoskop dipakai oleh orang yang terlatih, termasuk para perawat.


C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
Tujuan : Gangguan komunikasi berkurang / hilang.
Kriteria hasil :
 Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).
 Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.

Intervensi Keperawatan :
1. Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti :
 Tulisan
 Berbicara
 Bahasa isyarat.
2. Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.
a. Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan keras).
 Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu.
 Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
b. Jika klien dapat membaca ucapan :
 Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
 Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibi anda.
c. Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
 Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.
 Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.

d. Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah.
3. Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.
 Bicara dengan jelas, menghadap individu.
 Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
 Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
 Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.

Rasional :
1. Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.
2. Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh klien.
3. Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.

2. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
Tujuan : Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil.
 Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran samapi pada tingkat fungsional.

Intervensi Keperawatan :
1. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
2. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.
3. Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
4. Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).

Rasional :
1. Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.
2. Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.
3. Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran rusak secara permanen.
4. Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.

3. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
 Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
 Respon klien tampak tersenyum.

Intervensi Keperawatan :
1. Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.
2. Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.
3. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu klien.

Rasional :
1. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
2. Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.
3. Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas dan frustasinya.

4. Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu klien.
5. Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.

DAFTAR PUSTAKA


Dunna, D.I. Et al. 1995. Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach 2 nd Edition : WB Sauders.

Makalah Kuliah THT. Tidak dipublikasikan

Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.

Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. 1998. Buku Ajar Ilmu penyakit THT. FKUI : Jakarta.

ANGIOFIBROMA

A. PENGERTIAN
Angiofibroma nasofaring belia adalah sebuah tumor jinak nasofaring yang cenderung menimbulkan perdarahan yang sulit dihentikan dan terjadi pada laki-laki prepubertas dan remaja.
Angiofibroma nasofaring belia merupakan neoplasma vaskuler yang terjadi hanya ada laki-laki, biasanya selama masa prepubertas dan remaja
Umumnya terdapat pada rentang usia 7 s/d 21 tahun dengan insidens terbanyak antara usia 14-18 tahun dan jarang pada usia diatas 25 tahun.
Tumor ini merupakan tumor jinak nasofaring terbanyak dan 0,05% dari seluruh tumor kepala dan leher

B. ETIOLOGI
Etiologi tumor ini masih belum jelas, berbagai jenis teori banyak diajukan. Diantaranya teori jaringan asal dan faktor ketidak-seimbangan hormonal.
Secara histopatologi tumor ini termasuk jinak tetapi secara klinis ganas karena bersifat ekspansif dan mempunyai kemampuan mendestruksi tulang. Tumor yang kaya pembuluh darah ini memperoleh aliran darah dari arteri faringealis asenden atau arteri maksilaris interna. Angiofibroma kaya dengan jaringan fibrosa yang timbul dari atap nasofaring atau bagian dalam dari fossa pterigoid. Setelah mengisi nasofaring, tumor ini meluas ke dalam sinus paranasal, rahang atas, pipi dan orbita serta dapat meluas ke intra kranial setelah mengerosi dasar tengkorak .

C. TANDA DAN GEJALA
Gejala klinik terdiri dari hidung tersumbat (80-90%); merupakan gejala yang paling sering, diikuti epistaksis (45-60%); kebanyakan unilateral dan rekuren, nyeri kepala (25%); khususnya bila sudah meluas ke sinus paranasal, pembengkakan wajah (10-18%) dan gejala lain seperti anosmia, rhinolalia, deafness, pembengkakan palatum serta deformitas pipi. Tumor ini sangat sulit untuk di palpasi, palpasi harus sangat hati-hati karena sentuhan jari pada permukaan tumor dapat menimbulkan perdarahan yang ekstensif.

D. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang seperti x-foto polos, CT scan, angiografi atau MRI. Dijumpai tanda Holman-Miller pada pemeriksaan x-foto polos berupa lengkungan ke depan dari dinding posterior sinus maksila4. Biopsi tidak dianjurkan mengingat resiko perdarahan yang masif dan karena teknik pemeriksaan radiologi yang modern sekarang ini dapat menegakkan diagnosis dengan tingkat ketepatan yang tinggi.
Tumor ini dapat didiagnosis banding dengan polip koana, adenoid hipertrofi, dan lain-lain.

E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tumor ini adalah dengan pembedahan; dimana 6-24% rekuren, stereotactic radioterapi; digunakan jika ada perluasan ke intrakranial atau pada kasus-kasus yang rekuren.
Penatalaksanaan tumor ini adalah dengan pembedahan yang sering didahului oleh embolisasi intra-arterial 24-48 jam preoperatif yang berguna untuk mengurangi perdarahan selama operasi2,4,5. Material yang digunakan untuk embolisasi ini terdiri dari mikropartikel reabsorpsi seperti Gelfoam, Polyvinyl alcohol atau mikropartikel nonabsorpsi seperti Ivalon dan Terbal. Penggunaan embolisasi ini tergantung pada ahli bedah masing-masing.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul dapat berupa perdarahan yang berlebihan dan transformasi maligna.



G. STADIUM ANGIOFIBROMA
Untuk menentukan perluasan tumor, dibuat sistem staging. Ada 2 sistem yang paling sering digunakan yaitu Sessions dan Fisch.
Klasifikasi menurut Sessions sebagai erikut :
1. Stage IA : Tumor terbatas pada nares posterior dan/atau nasofaring
2. Stage IB : Tumor melibatkan nares posterior dan/atau nasofaring dengan perluasan ke satu sinus paranasal.
3. Stage IIA : Perluasan lateral minimal ke dalam fossa pterygomaksila.
4. Stage IIB : Mengisi seluruh fossa pterygomaksila dengan atau tanpa erosi ke tulang orbita.
5. Stage IIIA : Mengerosi dasar tengkorak; perluasan intrakranial yang minimal.
6. Stage IIIB : Perluasan ke intrakranial dengan atau tanpa perluasan ke dalam sinus kavernosus.

Klasifikasi menurut Fisch :
1. Stage I : Tumor terbatas pada kavum nasi, nasofaring tanpa destruksi tulang.
2. Stage II :Tumor menginvasi fossa pterygomaksila, sinus paranasal dengan destruksi tulang.
3. Stage III :Tumor menginvasi fossa infra temporal, orbita dan/atau daerah parasellar sampai sinus kavernosus.
4. Stage IV : Tumor menginvasi sinus kavernosus, chiasma optikum dan/atau fossa pituitary.







H. PENGKAJIAN
a. Faktor herediter atau riwayat kanker pada keluarga misal ibu atau nenek dengan riwayat kanker payudara
b. Lingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu.
c. Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan kebiasaan makan makanan yang terlalu panas serta makanan yang diawetkan ( daging dan ikan).

d. Golongan sosial ekonomi yang rendah juga akan menyangkut keadaan lingkungan dan kebiasaan hidup. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146)

e. Tanda dan gejala :
 Aktivitas
Kelemahan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.

 Sirkulasi
Akibat metastase tumor terdapat palpitasi, nyeri dada, penurunan tekanan darah, epistaksis/perdarahan hidung.

 Integritas ego
Faktor stres, masalah tentang perubahan penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, kehilangan kontrol, depresi, menarik diri, marah.

 Eliminasi
Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin, perubahan bising usus, distensi abdomen.
 Makanan/cairan
Kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahanpengawet), anoreksia, mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan, kakeksia, perubahan kelembaban/turgor kulit.

 Neurosensori
Sakit kepala, tinitus, tuli, diplopia, juling, eksoftalmus
 Nyeri/kenyamanan
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia), rasa kaku di daerah leher karena fibrosis jaringan
 Pernapasan
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok)
 Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama / berlebihan, demam, ruam kulit.
 Interaksi sosial
Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung
(Doenges, 2000)


H. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Nyeri berhubungan dengan kompresi/destruksi karingan saraf
Tujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil : mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi nyeri .
Intervensi :
 Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi, frekuensi, durasi
 Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung) dan aktivitas hiburan.
 Dorong penggunaan ketrampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) musik, sentuhan terapeutik.
 Evaluasi penghilangan nyeri atau kontrol
 Kolaborasi : berikan analgesik sesuai indikasi misalnya Morfin, metadon atau campuran narkotik.

2. Gangguan sensori persepsi berubungan dengan gangguan status organ sekunder
Tujuan : mampu beradaptasi terhadap perubahan sensori pesepsi
Kriteria hasil : mengenal gangguan dan berkompensasi terhadap perubahan
Intervensi :
 Tentukan ketajaman penglihatan, apakah satu atau dua mata terlibat.
 Orientasikan pasien terhadap lingkungan
 Observasi tanda-tanda dan gejala disorientasi
 Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur
 Bicara dengan gerak mulut yang jelas
 Bicara pada sisi telinga yang sehat

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah sekunder
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
 Melaporkan penurunan mual dan insidens muntah
 Mengkonsumsi makanan dan cairan yang adekuat
 Menunjukkan turgor kulit normal dan membran mukosa yang lembab
 Melaporkan tidak adanya penurunan berat badan tambahan
Intervensi :
 Sesuaikan diet sebelum dan sesudah pemberian obat sesuai dengan kesukaan dan toleransi pasien
 Berikan dorongan higiene oral yang sering
 Berikan antiemetik, sedatif dan kortikosteroid yang diresepkan
 Pastikan hidrasi cairan yang adekuat sebelum, selama dan setelah pemberian obat, kaji masukan dan haluaran.
 Pantau masukan makanan tiap hari.
 Ukur TB, BB dan ketebalan kulit trisep (pengukuran antropometri)
 Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori, kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat.
 Kontrol faktor lingkungan (bau dan panadangan yang tidak sedap dan kebisingan)

4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder imunosupresi
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
 Menunjukkan suhu normal dan tanda-tanda vital normal
 Tidak menunjukkan tanda-tanda inflamasi : edema setempat, eritema, nyeri.
 Menunjukkan bunyi nafas normal, melakukan nafas dalam untuk menegah disfungsi dan infeksi respiratori
Intervensi :
 Kaji pasienterhadap bukti adanya infeksi :
 Periksa tanda vital, pantau jumlah SDP, tempat masuknya patogen, demam, menggigil, perubahan respiratori atau status mental, frekuensi berkemih atau rasa perih saat berkemih
 Tingkatkan prosedur cuci tangan yang baik pada staf dan pengunjung, batasi pengunjung yang mengalami infeksi.
 Tekankan higiene personal
 Pantau suhu
 Kaji semua sistem (pernafasan, kulit, genitourinaria)

9. Resiko terhadap perdarahan berhubungan dengan gangguan sistem hematopoetik
Tujuan : perdarahan dapat teratasi
Kriteria hasil :
 Tanda dan gejala perdarahan teridentifikasi
 Tidak menunjukkan adanya epistaksis
Intervensi :
 Kaji terhadap potensial perdarahan : pantau jumlah trombosit
 Kaji terhadap perdarahan : epsitaksis
 Instruksikan cara-cara meminimalkan perdarahan : minimalkan penekanan/ gesekan pada hidung




















Kepustakaan

1. Averdi R, Umar SD. Angiofibroma Nasofaring Belia. Dalam : Efiaty AS, Nurbaiti I.
2. Buku ajar ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke 5, Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 2001. 151-2.
3. Tewfik TL. Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma. Available from URL : http://www.emedicine.com/ent/topic470.htm
4. Adams GL, et al. Boies – Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997.
5. Sadeghi N. Sinonasal Papillomas, Treatment. Available from URL : http://www.emedicine.com/ent/topic529.htm
6. Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999
7. Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001
8. R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC ; 1997
4. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001

STROKE NON HEMORAGIK

A. Definisi
Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono,1996, hal 67)
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United State. Akibat stroke pada setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada usia antara 75 – 85 tahun. (Long. C, Barbara;1996, hal 176).

B. Etiologi
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )
2. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )
3. Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)

C. Faktor resiko pada stroke
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
3. Kolesterol tinggi
4. Obesitas
5. Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)
6. Diabetes Melitus ( berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
7. Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan kadar estrogen tinggi)
8. penyalahgunaan obat ( kokain)
9. konsumsi alkohol
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)

D. Manifestasi klinis
Gejala - gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu.Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
a. Sementara
Timbul hanya sebebtar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
b. Sementara,namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)
c. Gejala makin lama makin berat (progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang dissebut progressing stroke atau stroke inevolution
d. Sudah menetap/permanen
(Harsono,1996, hal 67)

Gangguan yang muncul tertulis pada tabel.
NO DEFISIT NEUROLOGIK MANIFESTASI
1. DEFISIT LAPANG PENGLIHATAN
a. Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang penglihatan)


b. Kehilangan penglihatan perifer


c. Diplopia

 Tidak menyadari orang/objek ditempat kehilangan peglihatan
 Mengabaikan salah satu sisi tubuh
 Kesulitan menilai jarak

• Kesulitan melihat pada malam hari
• Tidak menyadari objekatau batas objek

 Penglihatan ganda
2 DEFISIT MOTORIK
a. Hemiparese

b. Hemiplegia


c. Ataksia


d. Disatria


e. Disfagia
• Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama

 Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama

• Berjalan tidak mantap, tegak
• Tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang luas

 Kesulitan dalam membentuk kata

• Kesulitan dalam menelan
3. DEFISIT SENSORI
Parestesia (terjadi pada sisi berlawanan dari lesi)

 Kebas dan kesemutan pada bagian tubuh
 Kesulitan dalam proprisepsi
4 DEFISIT VERBAL
a. Afasia ekspresif

b. Afasia reseptif

c. Afasia global
Ketidakmampuan menggunakan simbol berbicara


Tidak mampu menyusun kata-kata yang diucapkan


Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif
5. DEFISIT KOGNITIF
 Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
 Penurunan lapang perhatian
 Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
 Alasan abstrak buruk
 Perubahan penilaian
6. DEFISIT EMOSIONAL - Kehilangan kontrol diri
- Labilitas emosional
- Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres
- Menarik diri
- Rasa takut, bermusuhan dan marah
- Perasaan isolasi
E. Patway


F. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
2. Angiografi serebral
membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri
3. Pungsi Lumbal
- menunjukan adanya tekanan normal
- tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
7. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)

G. Penatalaksanaan
1. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral .
2. Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi.
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)

H.KOMPLIKASI
Hipoksia Serebral
Penurunan darah serebral
Luasnya area cedera
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)



I. Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
- kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.
- mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
- Perubahan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.
- gangguan penglihatan
2. Sirkulasi
Data Subyektif:
- Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas ego
Data Subyektif:
- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
- kesulitan berekspresi diri
4. Eliminasi
Data Subyektif:
- Inkontinensia, anuria
- distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus( ileus paralitik )


5. Makan/ minum
Data Subyektif:
- Nafsu makan hilang
- Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
- Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
- Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
- Obesitas ( factor resiko )
6. Sensori neural
Data Subyektif:
- Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
- nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati
- Penglihatan berkurang
- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam ( kontralateral )
- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
7. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi
Data Subyektif:
- Perokok ( factor resiko )
Tanda:
- Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas
- Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur
- Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
9.Keamanan
Data obyektif:
- Mottrik/sensorik : masalah dengan penglihatan
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri
10. Interaksi social
Data obyektif:
- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
11. Pengajaran / pembelajaran
Subjektif Data :
- Riwayat hipertensi keluarga, stroke
- penggunaan kontrasepsi oral

12. Pertimbangan rencana pulang
- menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
- bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan , perawatan diri dan pekerjaan rumah
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)

J. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputunya aliran darah : penyakit oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
Dibuktikan oleh :
- perubahan tingkat kesadaran , kehilangan memori
- perubahan respon sensorik / motorik, kegelisahan
- deficit sensori , bahasa, intelektual dan emosional
- perubahan tanda tanda vital
Tujuan Pasien / criteria evaluasi ;
- terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi sensori / motor
- menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK
- Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran / kekambuhan
Intervensi :
Independen
- tentukan factor factor yang berhubungan dengan situasi individu/ penyebab koma / penurunan perfusi serebral dan potensial PTIK
- monitor dan catat status neurologist secara teratur
- monitor tanda tanda vital
- evaluasi pupil 9 ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap cahaya 0
- Bantu untuk mengubah pandangan , misalnay pandangan kabur, perubahan lapang pandang / persepsi lapang pandang
- Bantu meningkatakan fungsi, termasuk bicara jika pasien mengalami gangguan fungsi
- Kepala dielevasikan perlahan lahan pada posisi netral .

- Pertahankan tirah baring , sediakan lingkungan yang tenang , atur kunjungan sesuai indikasi
Kolaborasi
- berikan suplemen oksigen sesuai indikasi
- berikan medikasi sesuai indikasi :
• Antifibrolitik, missal aminocaproic acid ( amicar )
• Antihipertensi
• Vasodilator perifer, missal cyclandelate, isoxsuprine.
• Manitol
2. Ketidakmampuan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuscular, ketidakmampuan dalam persespi kognitif
Dibuktikan oleh :
- Ketidakmampuan dalam bergerak pada lingkungan fisik : kelemahan, koordinasi, keterbatasan rentang gerak sendi, penurunan kekuatan otot.
Tujuan Pasien / criteria evaluasi ;
- tidak ada kontraktur, foot drop.
- Adanya peningkatan kemampuan fungsi perasaan atau kompensasi dari bagian tubuh
- Menampakan kemampuan perilaku / teknik aktivitas sebagaimana permulaanya
- Terpeliharanya integritas kulit
Intervensi
Independen
- Rubah posisi tiap dua jam ( prone, supine, miring )
- Mulai latihan aktif / pasif rentang gerak sendi pada semua ekstremitas
- Topang ekstremitas pada posis fungsional , gunakan foot board pada saat selama periode paralysisi flaksid. Pertahankan kepala dalam keadaan netral
- Evaluasi penggunaan alat bantu pengatur posisi
- Bantu meningkatkan keseimbangan duduk
- Bantu memanipulasi untuk mempengaruhi warna kulit edema atau menormalkan sirkulasi
- Awasi bagian kulit diatas tonjolan tulang
Kolaboratif
- konsul kebagian fisioterapi
- Bantu dalam meberikan stimulasi elektrik
- Gunakan bed air atau bed khusus sesuai indikasi
3. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi serebral, gangguan neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial / mulut, kelemahan umum / letih.
Ditandai :
- Gangguan artikulasi
- Tidak mampu berbicara / disartria
- ketidakmampuan moduasi wicara , mengenal kata , mengidentifikasi objek
- Ketidakmampuan berbicara atau menulis secara komprehensip
Tujuan pasien / criteria evaluasi
- Pasien mampu memahami problem komunikasi
- Menentukan metode komunikasi untuk berekspresi
- Menggunakan sumber bantuan dengan tepat
Intervensi
Independen
- Bantu menentukan derajat disfungsi
- Bedakan antara afasia denga disartria
- Sediakan bel khusus jika diperlukan
- Sediakan metode komunikasi alternatif
- Antisipasi dan sediakan kebutuhan paien
- Bicara langsung kepada pasien dengan perlahan dan jelas
- Bicara dengan nada normal
Kolaborasi :
- Konsul dengan ahli terapi wicara
4. Perubahan persepsi sensori b.d penerimaan perubahan sensori transmisi, perpaduan ( trauma / penurunan neurology), tekanan psikologis ( penyempitan lapangan persepsi disebabkan oleh kecemasan)
Ditandai ;
- Disorientasi waktu, tempat , orang
- Perubahan pla tingkah aku
- Konsentrasi jelek, perubahan proses piker
- Ketidakmampuan untuk mengatakan letak organ tubuh
- Perubahan pola komunikasi
- Ketidakmampuan mengkoordinasi kemampuan motorik.
Tujuan / criteria hasil :
- Dapat mempertahakan level kesadaran dan fungsi persepsi pada level biasanya.
- Perubahan pengetahuan dan mampu terlibat
- Mendemonstrasikan perilaku untuk kompensasi
Intervensi
Independen
- Kaji patologi kondisi individual
- Evaluasi penurunan visual
- Lakukan pendekatan dari sisi yang utuh
- Sederhanakan lingkungan
- Bantu pemahaman sensori
- Beri stimulasi terhadap sisa sisa rasa sentuhan
- Lindungi psien dari temperature yang ekstrem
- Pertahankan kontak mata saat berhubungan
- Validasi persepsi pasien
5. Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuro muskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot
Ditandai dengan :
- kerusakan kemampuan melakukan AKS misalnya ketidakmampuan makan ,mandi, memasang/melepas baju, kesulitan tugas toiletng
Kriteria hasil:
- Melakukan aktivitas perwatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri
- Mengidentifikasi sumber pribadi /komunitas dalam memberikan bantuan sesuai kebutuhan
- Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kenutuhan perawatan diri

Intervensi:
- Kaji kemampuan dantingkat kekurangan (dengan menggunakan skala 1-4) untuk melakukan kebutuhan ssehari-hari
- Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasiensendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
- Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi tentang kebutuhannya untuk menghindari dan atau kemampuan untuk menggunakan urinal,bedpan.
- Identifikasi kebiasaan defekasi sebelumnya dan kembalikanpada kebiasaan pola nornal tersebut. Kadar makanan yang berserat,anjurkan untuk minum banyak dan tingkatkan aktivitas.
- Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau keberhasilannya.
Kolaborasi;
- Berikan supositoria dan pelunak feses
- Konsultasikan dengan ahli fisioterapi/okupasi
6. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk, ketidakmampuan mengatasi lendir
kriteria hasil:
- Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas
- Ekspansi dada simetris
- Bunyi napas bersih saaatauskultasi
- Tidak terdapat tanda distress pernapasan
- GDA dan tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
- Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi
- Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan memmberikan pengeluaran sekresi yang optimal
- Penghisapan sekresi
- Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam
- Berikan oksigenasi sesuai advis
- Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi

8. Gangguan pemenuhan nutrisi b.d reflek menelan turun,hilang rasa ujung lidah
Ditandai dengan:
- Keluhanmasukan makan tidak adekuat
- Kehilangan sensasi pengecapan
- Rongga mulut terinflamasi
Kriteria evaluasi:
- Pasien dapat berpartisipasi dalam intervensi specifik untukmerangsang nafsu makan
- BB stabil
- Pasien mengungkapkan pemasukan adekuat
Intervensi;
- Pantau masukan makanan setiap hari
- Ukur BB setiap hari sesuai indikasi
- Dorong pasien untukmkan diit tinggi kalori kaya nutrien sesuai program
- Kontrol faktor lingkungan (bau, bising), hindari makanan terlalu manis,berlemak dan pedas. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
- Identifikasi pasien yang mengalami mual muntah

Kolaborasi:
- Pemberian anti emetikdengan jadwal reguler
- Vitamin A,D,E dan B6
- Rujuk ahli diit
- Pasang /pertahankan slang NGT untuk pemberian makanan enteral
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 293-305)































DAFTAR PUSTAKA


1. Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996
2. Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC, 1993
3. Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes, 1996
4. Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC ,2002
5. Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC, 2000
6. Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press, 1996

obsesi akhirat

Sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa akhirat menjadi obsesinya, maka Allah menjadikan semua urusannya lancar, hatinya kaya dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk. Dan, barangsiapa dunia menjadi obsesinya, maka Allah mengacaukan semua urusannya, menjadikannya miskin dan dunia datang kepadanya sebatas yang ditakdirkan untuknya.” Ibnu Majah meriwayatkan dengan sanad shahih

Barangsiapa akhirat menjadi kesibukan utamanya dan obsesinya, maka setiap hari ia ingat perjalanan hidupnya kelak, apa pun yang ia lihat di dunia pasti ia hubungkan dengan akhirat, dan akhirat selalu ia sebut di setiap pembahasannya. Ia tidak bahagia kecuali karena akhirat, tidak sedih kecuali karena akhirat. Tidak ridha kecuali karena akhirat. Tidak marah kecuali krn akhirat. Tidak bergerak, kecuali karena akhirat. Dan tidak berusaha kecuali krn akhirat.

Siapa saja yang bisa seperti itu, ia diberi tiga kenikmatan oleh Allah Ta’ala. Nikmat yang Dia berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki diantara hamba-hambaNya. Yaitu orang-orang yang menyiapkan jiwa mereka hanya untuk ALLAH Ta’ala dan tdk ada selain DIA yang masuk ke hati mereka, baik itu berhala-berhala dunia, atau perhiasan, atau pesonanya.

Nikmat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Seluruh urusan lancar

Allah SWT memberinya ketentraman dan kedamaian, mengumpulkan semua idenya, meminimalkan sifat lupanya, mengharmoniskan keluarganya, menambah jalinan kasih sayang antara dirinya dan pasangannya, merukunkan anak-anaknya, mendekatkan anak2 padanya, menyatukan sanak kerabat, menjauhkan konflik dari mereka, mengumpulkan hartanya, ia tidak pusing memikirkan bisnisnya yg tdk begitu baik, tidak bertindak spt orang bodoh, membuat hati manusia terarah padanya, siapapun mencintainya dan melancarkan urusan-urusan yang lain.

2. Kaya hati

Nikmat yang paling agung adalah kaya hati, sebab Rasulullah SAW bersabda dalam hadits shahih, yg artinya; “ Kekayaan hakiki bukan berarti harta melimpah. Tapi, kekayaan ialah kekayaan hati” (HR. Muslim)

Imam Al Manawi berkata; maksudnya, kekayaan terpuji itu bukan banyak harta dan perabotan. Sebab banyak sekali orang dibuat kaya oleh Allah, namun kekayaannya yg banyak itu tidak bermanfaat baginya dan ia berambisi menambah kekayaannya, tanpa peduli dari mana sumbernya.

Ia seperti orang miskin, karena begitu kuat ambisinya. Orang ambisius itu miskin selama-lamanya. Tapi, kekayaan terpuji dan ideal menurut orang-orang sempurna adalah kekayaan hati.
Di riwayat lain disebutkan kekayaan jiwa. Maksudnya, org yang punya kekayaan jiwa merasa tidak membutuhkan jatah rizkinya, menerimanya dengan lapang dada, dan ridha dengannya, tanpa memburu dan memintanya dengan menekan.

Barangsiapa dijaga jiwanya dari kerakusan, maka jiwanya tentram, agung, mendapatkan kebersihan, kemuliaan, dan pujian. Itu semua jauh lebih banyak ketimbang kekayaan yang diterima orang yg miskin hati. Kekayaan membuat org yg miskin hati terpuruk dalam hal-hal hina dan perbuatan-perbuatan murahan, karena kecilnya obsesi yang ia miliki. Akibatnya, ia menjadi org kerdil di mata orang, hina di jiwa mereka, dan menjadi orang paling hina.

Jika seseorang punya harta yang berlimpah, namun ia tidak qana’ah (merasa cukup) dengan rizki yang diberikan Allah SWT kpdnya, maka ia hidup terengah-engah spt binatang buas dan menjadikan hartanya sbg tuhan baru. Sungguh, ia orang miskin sejati, krn org miskin ialah orang yg selalu tidak punya harta dan senantiasa merasa membutuhkannya.

Dikisahkan, seseorang berkata kepada orang zuhud, Ibrahim bin Adham, lalu berkata, “saya ingin anda menerima jubah ini dariku.” Ibrahim bin Adham berkata,”Kalau Anda kaya, saya mau menerima hadiah ini. Jika anda miskin, saya tdk mau menerimanya.” Orang itu berkata,”saya org kaya.”

Ibrahim bin Adham berkata,”Anda punya jubah berapa?” Orang itu menjawab,”Dua ribu jubah.” Ibrahim bin Adham berkata,”Apakah Anda ingin punya empat ribu jubah?” Orang itu menjawab, “Ya.” Ibrahim bin Adham berkata,”Kalau begitu anda miskin (karena masih butuh jubah lebih banyak lagi). Saya tidak mau menerima hadiah jubah ini darimu.”

3. Dunia datang kepadanya

Saat ia lari dari dunia, justru dunia mengejarnya dalam keadaan tunduk. Spt yg dikatan Ibnu Al-jauzi,” Dunia itu bayangan. Jika engkau berpaling dari bayangan, maka bayangan itu membuntutimu. Jika engkau memburu bayangan, maka bayangan menghindar darimu. Orang zuhud tidak menoleh kepada bayangan dan malah diikuti bayangan. Sedang org ambisius (rakus) tidak melihat bayangan setiapkali ia menoleh kepadanya.”

Sedang orang yang dunia menjadi obsesinya, ia hanya memikirkan dunia, bekerja karenanya, peduli kepadanya, tidak bahagia kecuali karenanya, tidak berteman dan memusuhi orang karenanya. Akibatnya, ia dihukum Allah dengan tiga hukuman;

1. Urusannya kacau
Allah SWT mengacaukan semua urusannya. Hatinya menjadi gundah tidak tenang, pikirannya kacau, jiwanya guncang dan kalut dalam hal yg sepele. Allah SWT mengacaukan hartanya, mengacaukan anak-anak dan pasangannya. Allah SWT membuat manusia antipati kepadanya. Tidak ada seorngpun yang mencintainya sebab Allah SWT menentukannya dibenci orang di bumi.

2. Selalu miskin
Hukuman ini membuatnya selalu tidak puas, padahal memiliki harta banyak. Ia senantiasa merasa miskin. Dan itu menjadikannya lari hingga terengah-engah di belakang harta.

3. Dunia lari darinya
Dunia selalu lari darinya. Ia memburu dunia tapi malah dijauhi dan ia berlari dibelakangnya, persis seperti orang yang mengira fatamorgana itu air. Ketika ia tiba di fatamorgana, ia tidak mendapatkan apa-apa.

Inilah yang membuat Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu berkata, “Obsesi dunia itu kegelapan di hati, sedang obsesi kepada akhirat itu cahaya di hati.”

Bagaimana karakteristik dari orang-orang yang terobsesi pada akhirat?
Kita bisa mengukur dengan membandingkannya pada diri kita.
Sebelumnya mengenai hal ini ada tiga kelompok orang dalam berobsesi thd akhirat:

1. Orang yang lebih sibuk dengan akhirat daripada dunia.
Mereka mebuat hidupnya didominasi oleh akhirat. Dunia hanya diletakkan digenggaman tangannya bukan di hatinya. è kelompok orang yang sukses

2. Orang yang lebih sibuk dengan dunia daripada dengan akhirat
Mereka begitu cinta dunia hingga dunia menguasainya dan membuatnya lupa total kepada akhirat dan mereka juga tidak tahu bahwa dunia itu jembatan menuju akhirat. è kelompok orang yang celaka

3. Orang yang sibuk dengan keduanya sekaligus.
Mereka tidak ingin masuk pada kelompok pertama atau kedua, namun ingin mendapatkan sebagian karakteristik kelompok pertama dan sebagian kelompok kedua. è kelompok orang yang dalam kondisi kritis.

Tentunya kita tidak ingin masuk ke dalam kelompok kedua dan ketiga, karenanya kita perlu mengetahui karakteristik kelompok pertama yaitu orang-orang yang sukses.
Karakteristik dari kelompok pertama antara lain:

1. Sedih karena akhirat
Sedih karena akhirat membuat orang punya perasaan takut Allah Ta’ala meng-hisab dirinya pd Hari Kiamat, lalu ia meng-hisab dirinya sebelum ia dihisab kelak di akhirat.

2. Selalu mengadakan Muhasabah (evaluasi diri)
Umar bin Khattab Ra berkata “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang. Dan, bersiap-siaplah menghadapi Hari Kiamat.”

3. Selalu beramal utk akhirat
Amal shalih bukan hanya shalat, puasa, membaca Al-qur’an dan dzikir, tapi amal shalih adalah apa saja yang dicintai Allah Ta’ala.

4. Trenyuh melihat pemandangan kematian
Seorang tabi’in Ibrahim An Nakhai berkata, “Jika kami datang ke rumah orang yang meninggal atau mendengar ada orang yang meninggal dunia, hal itu membekas pada kami hingga berhari-hari, karena kami tahu ada sesuatu (ajal) datang pada org tersebut, lalu membawanya ke surga atau neraka”

Itulah pengingat bagi kita semua, bahwa sesungguhnya kehidupan ini adalah sarana untuk kembali kepada Allah, sekolah yang raportnya nanti akan dibagikan di akhirat. Mari kita sama-sama mengevaluasi diri kita, selalu meluruskan niat kita hanya kepada Allah dan berdoa kepada memohon ketetapan iman di hati sampai pada hari penutup kita nanti.

“Yaa muqollibalquluub tsabbit qolbiy alaa diinika” Wahai Dzat yang membolak-balik hati, kokohkan hatiku tetap berada di atas agamamu.

Wallahu’alam

-Taujih Ruhiyah, Al-Bilali, Abdul Hamid

MENINGITIS

A. Pengertian Meningitis
Meningitis adalah peradangan pada selaput meninges yang menyelubungi otak yang disebabkan oleh bakteri atau virus.

B. Etiologi Meningitis
Meningitis dibagi menjadi 2 jenis menurut penyebabnya :
1. Meningitis bakterial, yang disebabkan oleh organisme primer gram negatif. Pada neonatus umumnya disebabkan oleh basil gram negatif, batang gram negatif dan streptococcus grup B. Pada anak yang berusia 3 bulan sampai 5 tahun disebabkan Haemophilus Influenzae tipe B. Pada anak-anak yang lebih besar disebabkan oleh Infeksi Neisseria Meningitis atau Infeksi Staphilococcus.
2. Meningitis Aseptik, umumnya hampir 85% disebabkan oleh entero virus diantaranya virus Influenza, Koriomeningitis Limfositik, virus EpsteinBarr namun dapat pula karena mikroplasma, klamidia dan berbagai jenis jamur, protozoa dan parasit lain.

C. Pathofisiologi Meningitis
Organisme meningitis bakterial memasuki meninges secara langsung sebagai akibat cedera traumatik atau cedera tidak langsung bila dipindahkan dari tempat lain di dalam tubuh ke dalam cairan cerebrospinalis. Pada umumnya Infeksi mencapai otak melalui peredaran darah ( hematogen ).
Pada meningitis aseptik, virus menyebar ke otak dan jaringan sekitar melalui cairan tulang belakang setelah terlebih dahulu meninges terinfeksi. Otitis media, sinuitis dan saluran pernafasan dapat menjadi tahap awal dari infeksi. Defisiensi imun meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit.
Keterlambatan penderita di bawa ke RS merupakan penyebab utama terjadinya komplikasi dari meningitis yang biasanya mengarahkan anak pada kondisi kejang, kelumpuhan, dehidrasi dan koma akibat terjadinya thrombosis pada pembuluh darah di otak. Keadaan koma akan lebih memperparah kondisi fisik pasien terutama dalam masalah asupan gizi yang tidak dapat diberikan secara peroral, tubuh menjadi makin lemah, daya tahan menurun, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi tidak ada. Kebutuhan cairan tubuh tak terpenuhi untuk mendukung therapi hydrasi Introvena yang biasanya hanya memenuhi setengah dari kebutuhan cairan pada pasien per hari.
D. Gambaran klinis Meningitis
Keadaan yang sering dijumpai pada pasien meningitis antara lain :
1. Letargi 7. Sering menangis
2. Iritabilitas 8. Peningkatan tekanan Intrakranial
3. Pucat 9. Peningkatan Lingkar Kepala
4. Anoreksia 10. Fontanel menonjol
5. Kurang makan 11. Syok
6. Mual dan muntah 12. Kejang

E. Mengidentifikasi masalah gizi pada pasien meningitis
Pasien meningitis dengan kesadaran menurun cenderung mengalami gangguan asupan gizi, karena secara otomatis Intrake peroral yang dibutuhkan untuk mendukung therapi hydrasi yang terbatas untuk mencegah komplikasi oedeem cerebi, menjadi berkurang, selain untuk memenuhi kebutuhan energi bagi pasien. Untuk ini biasanya dokter menganjurkan untuk pemasangan Nasogastric tube / maagslang dan pemberian diit cair guna mengatasi hal tersebut.
Dalam menentukan jumlah dan jenis diet cair yang akan diberikan pada pasien, seorang dokter anak harus memperhitungkan ; kebutuhan cairan / hr berdasarkan umur – BB pasien, status gizi saat pasien dirawat, kondisi dan fisik pasien. Disini seorang dokter anak akan melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu menyusun komposisi gizi yang terkandung dari makanan cair sesuai standar gizi berdasarkan umur dan BB pasien.
Misal : Pada anak usia 1 tahun BB normal : 7,5 – 8,9 kg
kebutuhan cairan per hari : 120 – 135 ml / kg BB / hari atau sekitar ± 900 – 1000 ml / hari
Bila pada saat pemeriksaan fisik didapatkan BB pasien tidak sesuai dengan umur pasien, maka akan ditentukan diet cair jenis TKTP.
Seorang ahli gizi kemudian akan menentukan komposisi kalori dan protein dalam diet cair tersebut berdasarkan umur dan BB untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein pasien / hari.
Misal : untuk usia 1 tahun dengan BB normal 7,5 – 8,9 kg
Kebutuhan kalori / kg 1 hari = 105 kal atau 900 kalori / hari
dan protein 2,5 gr / kg / hari atau 22 gram / hari
Makanan akan dibuat dalam bentuk cairan kental yang dibuat dengan susu atau tanpa susu. Menurut kebutuhan pasien dapat diberikan cairan antara 1000 – 2000 ml dimana makanan cair standar mengandung 1000 kilokalori tiap 1000 ml, yang dapat diberikan dalam porsi kecil dan sering (6 – 8 kali sehari ).
Pada pasien meningitis, sebenarnya tidak memerlukan diet cair khusus bila tidak didapati kondisi malnutrisi atau status gizi buruk. Biasanya diet TKTP menjadi pilihan utama untuk kasus-kasus penyakit Infeksi akut seperti meningitis guna meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan Infeksi di samping obat-obatan supportif yang diberikan dokter. Bila dengan cara ini belum bisa membantu asupan gizi pasien meningitis, maka dokter akan memutuskan untuk memberikan Nutrisi Parentral seperti Amiparen dan Iriparen yang diindikasikan pada pasien dengan infeksi berat dengan gizi buruk untuk memenuhi suplai air, elektorlit dan kalori melalui vena.
Cara mengidentifikasi berhasil tidaknya pemberian manakan cair melalui sonde ( dapat dicerna baik atau tidak ) adalah dengan melihat residu yang keluar dari NGT pada saat kita menarik keluar dengan menggunakan spuit. Bila cairan yang keluar sama seperti jumlah cairan yang kita amasukkan setelah 2 jam pemberian sonde maka bisa dipastikan makanan cair tidak bisa dicerna dengan baik, namun bila residu tidak lebih dari 50% dari diit cair yang masuk berarti diit cair masih bisa ditolerir oleh sal. pencernaan. Pemberian Nutrisi parentral merupakan alternatif terakhir yang akan dianjurkan oleh dokter.

F. Metode pemasangan dan pemberian sonde
a) Pengertian :
Memasukkan slang penduga lambung ( NGT ) ke dalam lambung melalui hidung / mulut.
b) Tujuan :
( 1 ) Memenuhi kebutuhan nutrisi
( 2 ) Memenuhi kebutuhan obat
c) Indikasi :
1) Anak yang tidak dapat menelan, tidak sadar, muntah terus-menerus tidak mau makan dalam jangka waktu lebih dari 1 hari
2) Anak yang tidak boleh makan melalui mulut
d) Persiapan :
1) alat
(a) NGT dengan ukuran sesuai kebutuhan
(b) Corong / spuit 10 – 20 cc
(c) Lap makan
(d) Bengkok
(e) Plester dan gunting
(f) Makanan cair yang hangat sesuai kebutuhan
(g) Air putih matang
(h) Obat yang telah dicairkan
(i) STETOSKOP
2) Persiapan pasien
Melakukan pendekatan pada keluarga dengan memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
e) Pelaksanaan :
1. Anak diatur dalam posisi semifowler, pada keadaan gelisah, anak harus diikat, jika bayi di bedong.
2. Lap makan dipasang di atas dada, bengkok disamping pipi
3. Bersihkan Lubang hidung
4. Ukur panjang NGT dari epigastrium sampai pertengahan dahi, beri tanda
5. Ujung selang basahi dengan air / jelly, pangkal slang dilipat dengan tangan kiri
6. Masukkan ujung slang melalui hidung secara perlahan-lahan sambil perhatikan KU anak sampai batas yang diberi tanda
7. Memeriksa apakah slang betul-betul masuk lambung dengan cara :
a) Menghisap cairan lambung dengan spuit.
b) Memasukkan udara ke dalam lambung 2 – 3 cc dengan spuit sambil didengarkan dengan stetoskop, bila terdengar bunyi letupan, berarti posisi slang sudah tepat
8. Udara diisap kembali
9. Corong / spuit dipasang pangkal slang
10. Tuangkan sedikit air putih matang ( pada bayi 2 – 5 cc ) disusul dengan makanan cair melalui pinggir corong
11. Bila makanan cair sudah habis, tuangkan lagi air matang
12. Bila slang NGT dipasang menetap, pangkal slang ditutup / diikat kemudian difiksasi ke dahi
13. Alat-alat dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula.
14. Catat macam dan jumlah makanan cair yang diberikan dan reaksinya pada lembar catatan perawatan
15. Observasi keadaan umum selanjutnya
Perhatian :
a) Selang makanan polyetheline steril dapat dipasang sampai 3 – 4 hari
b) Pada bayi dapat digunakan NGT no. 8 dan anak no. 12 / 14
c) Memberikan obat sebaiknya dilakukan sebelum atau sesudah 1 – 2 jam pemberian makanan cair agar absorbsi obat sempurna
d) Obat lebih dianjurkan dalam bentuk suspensi untuk menghindari selang macet
e) Cabut segera selang sonde bila didapatkan kejang, tunda pemasangan, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian sedativa atau bila pasien tampak cianosis
f) Corong tidak boleh dalam keadaan kosong selama pemberian sonde untuk menghindari udara masuk lambung yang dapat berakibat kembung pada pasien
g) Periksa residu makanan pada selang NGT sebelum memberikan sonde / makanan cair untuk dapat mengetahui apakah lambung dapat bekerja maksimal mencerna makanan

G. Jenis Diet Makanan
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa pada dasarnya tidak ada diet khusus untuk pasien meningitis namun umumnya diit TKTP untuk memenuhi kebuthan kalori dan protein untuk meningkatkan daya tahan tubuh merupakan diit yang tepat terutama pada kasus- kasus penyakit infeksi akut termasuk meningitis. Nutrisi parentral merupakan alternatif terakhir bila dinilai dari makanan cair tidak mampu kebutuhan nutrisi enteral pasien


Tabel 2.9 Bahan Makanan yang Boleh Diberikan
Sumber Energi


Sumber Zat Pembangun

Sumber Zat Pengatur Maizena, tepung beras, tepung terigu, tepung sagu, hunkwe, tepung kanji, gula, margarin, minyak kelapa, dan minyak kacang.

Susu sapi, sari dele, telur dicampur dalam makanan, bubur kacang hijau saring.

Sari buah dari jeruk, tomat, pepaya, sirsak, apel, sari sayur dari bayam, labu kuning, dan wortel.
Cara memesan makanan : Makanan cair (MC) dengan atau tanpa susu
….. kkal…. X …. ml/hari

Tabel 2.10 Bahan Makanan yang Diberikan Sehari : Makanan Cair Tanpa Susu
Kkal
Bahan makanan 1000 2000
urt g urt g
tepung beras
telur
kacang hijau
wortel
air jeruk
gula pasir
minyak kacang 11/2 sdm 10
1 btr 60
10 sdm 100
1/2 gls 50
1/4 gls 50
10 sdm 100
1 sdm 10 3 sdm 20
2 btr 120
20 sdm 200
1 gls 100
1/2 gls 100
20 sdm 200
2 sdm 20
Jumlah isi 5 gls 1000 ml 10 gls 2000 ml
Nilai Gizi
Energi (kkal)
Protein (g)
Lemak (g)
Hidrat arang (g)
Kalsium (g)
Besi (mg)
Vitamin A (SI)
Vitamin B (mg)
Vitamin C (mg)
Natrium (mg)
Kalium (mg) 1000
32
18
172
1.9
9
6777
0.9
34
137
1441 2000
63
37
344
3.9
19
13555
1.8
67
274
2883
H. Mengatasi masalah / komplikasi pada pasien dengan pemasangan NGT
Ada banyak kendala yang mungkin timbul selama tindakan pemasangan NGT dan pemasangan secara permanen NGT pada bayi dan anak.
a) Pasien Cyanosis :
Cabut segera sonde / NGT, periksa jalan nafas pasien, bila terdapat sumbatan seperti misalnya akumulasi lendir, pasang mounth tube sesuai ukuran anak,lakukan isap lendir
b) Pasien batuk-batuk dan tercekik :
Cabut segera NGT, periksa kembali apakah teknik pemasangan NGT sudah tepat, apakah NGT masuk ke saluran pencernaan atau saluran pernafasan.
c) Pasien kejang (meningitis) :
Hentikan tindakan, atasi kejang pasien terlebih dahulu, pasang mount tube untuk menghindari lidah pasien jatuh kebelakang
d) Selang tersumbat :
Biasanya karena slang kurang dibilas secara teratur atau karena bubuk obat, bilas dengan air hangat ± 50 ml pindah posisi pasien, ganti obat bubuk dengan suspensi / syirop, atau ganti NGT bila semua cara tidak berhasil
e) Dhiare :
Biasanya karena selang tidak biasa dibilas setelah manakan masuk , pemberian bolus terlalu banyak, lebih dari 250 cc, pemberian dan dan penyiapan makanan kuranf hygienis cara mengatasinya. Lakukan bilas selang secara teratur sebelum dan sesudah diit cair masuk, ganti posisi lebih kecil (max 200 ml). Cek prosedur menyangkut masalah cuci tangan, peralatan yang bersih dan steril dan ganti formula / diit cair dengan yang baru dengan pembuatan yang lebih bersih. Ganti alat (NGT) bila memang sudah lebih dari 4 hari
f) Mual dan muntah :
Biasanya karena terlalu besar volume pemberian , cara me ngatasi : turunkan volume pemberian max 200 ml, cek terlebih dahulu apakah ada residu sebelum pemberian diit cair


DAFTAR PUSTAKA

1. Betz L dan Sowden A Linda 1999, keperawatan pedaitri, Penerbit buku kedokteran ECC, Jakarta. Halaman 316-321
2. Bagbei Laily 1990, Infectectious Diseases, Nelson Essentials of Pediatric, halaman 284-308
3. Nutricia 1999, Petunjuk Praktis Pemberian sonde, Nutricia halaman, 12-18
4. Jelliffe D. B. 1989, Penyakit Anak dan Cara Mencegahnya, hal : 56-57, hal :141-150
5. Persatuan Ahli Gizi Indonesia 1990, Penuntun Diit Pada Anak, Gramedia, Jakarta, halaman
6. PT. Otsuka Indonesia 2000, Pedoman Cairan Infus Otsuka Indonesia, jakarta halaman 26-27, 41, 61,
7. Tim Departemen RI 1991, Prosedur pearawatn anak di Rumah Sakit, Direktorat Yaitu Med Departemen RI (1991), jakarta halaman 104-108
8. Website, http://www.nidcd.nih.gov/health/hearing/coach.asp

Kematian Hati

Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya.

Banyak orang cepat datang ke shaf shalat layaknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi.

Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya. Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa, tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri.

Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.

Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.

Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.

Asshiddiq Abu Bakar Ra. selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka", ucapnya lirih.

Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dengan kata.
Dimana kau letakkan dirimu?
Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut.

Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.
Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma�siat menggodamu dan engkau meni�matinya?

Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia ?

Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. Ini potret negerimu : 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separohnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan. Mungkin engkau mulai berfikir "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh" Betapa jamaknya �dosa kecil� itu dalam hatimu.

Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat"?

Saat engkau muntah melihat laki-laki (banci) berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan " Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat ?"
Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang "Ini tidak islami" berarti ia paling islami, sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana?
Sekarang kau telah jadi kader hebat.
Tidak lagi malu-malu tampil.

Justeru engkau akan dihadang tantangan: sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa.

Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki. Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter lagi ? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu.

Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan enteng mengatakan "Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku" dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah?

Siapa yang akan memandang ummat yang da�inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan "Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat daripada ayah kandung dan ayah mertua" Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai �alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama?

Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da�wahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir ? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini? Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka.
Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada modernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food, semata-mata karena nuansa "westernnya" . Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku".
Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.
Mahatma Ghandi memimpin perjuangan dengan memakai tenunan bangsa sendiri atau terompah lokal yang tak bermerk. Namun setiap ia menoleh ke kanan, maka 300 juta rakyat India menoleh ke kanan. Bila ia tidur di rel kereta api, maka 300 juta rakyat India akan ikut tidur disana.

Kini datang "pemimpin" ummat, ingin mengatrol harga diri dan gengsi ummat dengan pameran mobil, rumah mewah, "toko emas berjalan" dan segudang asesori. Saat fatwa digenderangkan, telinga ummat telah tuli oleh dentam berita tentang hiruk pikuk pesta dunia yang engkau ikut mabuk disana. "Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan uang yang kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil penyanyi lain yang kicaunya lebih memenuhi seleraku"

TUMOR OTAK

Definisi :
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak

Klasifikasi Tumor Otak :
1. Tumor yang berasal dari lapisam otak (meningioma dural)
2. Tumor yang berkembang didalam / pada syaraf kranial
3. Tumor yang berasal didalam jaringan otak
4. Lesi metastatik yang berasal dari bagian tubuh mana saja

Patofisiologi :
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu.
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oelh karena ity tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intra kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat. Intrakranial yang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan).

Tanda dan Gejala
Menurut lokasi tumor :
1. Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai benar atau tidak, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
2. Kortek presentalis posterior
Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari
3. Lobus parasentralis
Kelemahan pada ekstremitas bawah
4. Lobus Oksipitalis
Kejang, gangguan penglihatan
5. Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah
6. Lobus Parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan penglihatan
7. Cerebulum
Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperekstremitas esndi

Tanda dan Gejala Umum :
1. Nyeri kepala berat pada pagi hari, main bertambah bila batuk, membungkuk
2. Kejang
3. Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial : Pandangan kabur, mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia.
4. Perubahan kepribadian
5. Gangguan memori
6. Gangguan alam perasaa

Trias Klasik ;
- Nyeri kepala
- Papil oedema
- Muntah

Pemeriksaan Diagnostik ;
1. Rontgent tengkorak anterior-posterior
2. EEG
3. CT Scan
4. MRI
5. Angioserebral



Pengkajian :
1. Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat, penanggung jawab, dll
2. Riwayat kesehatan :
- keluhan utama
- Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat Kesehatan lalu
- Riwayat Kesehatan Keluarga
3. Pemeriksaan fisik :
• Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia, penurunan/kehilangan memori, afek tidak sesuai, berdesis
• Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur
• Pendnegaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
• Jantung : bradikardi, hipertensi
• Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler
• Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus
• Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi

Diagnosa Keperawatan :
1. Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya kontrol terhadap otot pernafasan ), ditandai dengan : perubahan kedalamam nafasn, dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.
Tujuan : Gangguan pertukaran gas dapat teratasi
Tindakan :
- Bebaskan jalan nafas
- Pantau vital sign
- Monitor pola nafas, bunyi nafas
- Pantau AGD
- Monitor penururnan gas darah
- Kolaborasi O2
2. Gangguan rasa nyaman, nyer kepla b.d peningkatan TIK, ditndai dengan : nyeri kepala terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah bila klien batuk, mengejan, membungkuk
Tujuan : rasa nyeri berkurang
Tindakan :
- pantau skala nyeri
- Berikan kompres dimana pada area yang sakit
- Monitor tanda vital
- Beri posisi yang nyaman
- Lakukan Massage
- Observasi tanda nyeri non verbal
- Kaji faktor defisid, emosi dari keadaan seseorang
- Catat adanya pengaruh nyeri
- Kompres dingin pada daerah kepala
- Gunakan teknik sentuham yang terapeutik
- Observasi mual, muntah
- Kolaborasi pemberian obat : analgetik, relaksan, prednison, antiemetik
3. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP, ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran
Tujuan : tidak terjadi cidera
Tindakan :
- Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien
- Pantau tingkat kesadaran
- Orientasikan klien pada tempat, orang, waktu, kejadian
- Observasi saat kejang, lama kejang, antikonvulsi,
- Anjurkan klien untuk tidak beraktifitas
4. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan disorientasi, penurunan kesadaran, sulit konsentrasi
Tujuan : mempertahankan orientasi mental dan realitas budaya
Tindakan :
- kaji rentang perhatian
- Pastikan keluarga untuk membandingkan kepribadian sebelum mengalami trauma dengan respon klien sekarang
- Pertahankan bantuan yang konsisten oleh staf, keberadaan staf sebanyak mungkin
- Jelaskan pentingnya pemeriksaan neurologis
- Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negatif
- Dengarkan klieen dengan penuh perhatian semua hal yang diungkapkan klien/keluarga
- Instruksikan untuk melakukan rileksasi
- Hindari meninggalkan klien sendiri
5. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema
Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang
Tindakan :
- Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK
- Catat status neurologi secara teratur, badingkan dengan nilai standart
- Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
- Pantau tekanan darah
- Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan dan penglihatan kabur
- Pantau suhu lingkungan
- Pantau intake, output, turgor
- Beritahu klien untuk menghindari/ membatasi batuk, untah
- Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai
- Tinggikan kepala 15-45 derajat
6. Cemas b.d kurang informasi tentang prosedur
Tujuan : rasa cemas berkuang
Tindakan :
- kaji status mental dan tingkat cemas
- Beri penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala
- Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian
- Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan piiran dan perasaan takut
- Libatkan keluarga dalam perawatan

DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, E Marylin (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
2. Engram, Barbara (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC
3. FKUI, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Gesapius
4. Reeves C, J, (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, Salemba Medika
5. Suddart, Brunner (2000), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC
6. Ganong, WF, (1996), Fisiologi Kedokteran, Jakarta, EGC
7. Talbot, LA (1997), Pengkajian Keperawatan Kritis, Jakarta, EGC

Pathway :

Causa Unknown/Idiopatik