Minggu, 22 Mei 2011

dakwah adalah keniscayaan

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!

Salam kangen Semua..

Berjamaah adalah hal yang sangat manusiawi, kebutuhan untuk mendapatkan lingkungan, teman dan fikroh yang sejalan adalah juga keinginan semua orang dengan segala "warnanya". Alhamdulillah ane mendapatkannya melalui jalan yang Allah tunjukkan kepada BKM Rufaidah, sebuah "komunitas Ghuroba " dimana ketika itu suasana kampus dengan arus duniawinya yang semarak bisa juga menjadi alternatif pilihan bagi mahasiswa baru. Tempat dimana kita saling berinteraksi ini punya banyak kenangan indah bagi ane pribadi, khususnya kenangan dimana kita harus "berpusing ria" mensukseskan program-program kegiatan di sela-sela padatnya jadwal kuliah kita. Tetapi itulah rahasia kemuliaan Allah, dengan ke-Maha kekuasaannya Ia masih bisa membuat hambanya "tersenyum" tanpa harus terlalu larut dalam segala aktivitas itu, dan akhirnya bisa juga lulus walau dengan bersusah payah tentunya.
Ikhwah fillah, sekarang mungkin kita tidak lagi menjadi ADK, dan mungkin pula tidak bersentuhan lagi dengan segala aktivitasnya, akan tetapi ada hal yang harus diingat, bukan hanya target-target dari kegiatan-kegiatan itu yang menjadi fokusnya, setelah tercapai mungkin tidak lagi kita memikirkannya. Tetapi bagaiman kita bisa membiasakan diri berkerja lebih keras, lebih Sholeh, lebih Ihsan, lebih Ikhlas, dan bila itu terjadi berapapun capaian yang Allah berikan kepada kita, itulah Ihsan yang merupakan balasan Allah yang terbaik, dan Allah adalah dzat yang tidak pernah melupakan janjinya, tidak pernah menzalimi ummatnya, Allah adalah dzat yang maha adil, dzat yang maha melaksanakan janjinya.
Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

Ikhwah fillah, semoga di manapun kita berada, kita selalu ingat akan prinsip ini, prinsip yang telah membuat ummat ini menjadi unggulan, prinsip yang juga telah menjadikan ummat ini pernah memimpin dunia, sehingga kita bisa mengulangi kembali faktor suskses itu.

Tetaplah berdakwa, dimana pun, kapan pun qita berada.. Allahu Akbar!!!

Wassalamua'laikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Surat Sayang Allah..

Saat kau bangun pagi hari, AKU memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepada KU, walaupun hanya sepatah kata meminta pendapatKU atau bersyukur kepada-KU atas sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam hidupmu hari ini atau kemarin ......

Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja .......
AKU kembali menanti saat engkau sedang bersiap, AKU tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapa-KU, tetapi engkau terlalu sibuk..........

Disatu tempat, engkau duduk disebuah kursi selama lima belas menit tanpa melakukan apapun. Kemudian AKU Melihat engkau menggerakkan kakimu. AKU berfikir engkau akan berbicara kepada-KU tetapi engkau berlari ke telephone dan menghubungi seorang teman untuk mendengarkan kabar terbaru.

AKU melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan AKU menanti dengan sabar sepanjang hari. Dengan semua kegiatanmu AKU berfikir engkau terlalu sibuk mengucapkan sesuatu kepadaKU.
Sebelum makan siang AKU melihatmu memandang sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepada-KU, itulah sebabnya mengapa engkau tidak menundukkan kepalamu. Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut namaKU dengan lembut sebelum menyantap rizki yang AKU berikan, tetapi engkau tidak melakukannya .......

Masih ada waktu yang tersisa dan AKU berharap engkau akan berbicara kepadaKU, meskipun saat engkau pulang ke rumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan.
Setelah tugasmu selesai, engkau menyalakan TV, engkau menghabiskan banyak waktu setiap hari didepannya, tanpa memikirkan apapun dan hanya menikmati acara yg ditampilkan. Kembali AKU menanti dengan sabar saat engkau menontonTV dan menikmati makananmu tetapi kembali kau tidak berbicara kepadaKU..........

Saat tidur, KU pikir kau merasa terlalu lelah. Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau melompat ke tempat tidur dan tertidur tanpa sepatahpun nama-KU, kau sebut ...... Engkau menyadari bahwa AKU selalu hadir untukmu.

AKU telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari. AKU bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain. AKU sangat menyayangimu, setiap hari AKU menantikan sepatah kata, do'a, pikiran atau syukur dari hatimu.

Keesokan harinya ...... engkau bangun kembali dan kembali AKU menanti dengan penuh kasih bahwa hari ini kau akan memberi sedikit waktu untuk menyapa-KU ........
Tapi yang KU tunggu ........ tak kunjung tiba ...... tak juga kau menyapaKU.

Subuh ........Dzuhur .......Ashyar ..........Magrib .........Isya dan Subuh kembali, kau masih mengacuhkan AKU .....tak ada sepatah kata, tak ada seucap do'a, dan tak ada rasa, tak ada harapan dan keinginan untuk bersujud kepada-KU..........

Apa salah-KU padamu ...... wahai Ummat-KU?????Rizki yang KU limpahkan, kesehatan yang KU-berikan, harta yang KU-relakan,makanan yang KU-hidangkan, anak-anak yang KU-rahmatkan, apakah hal itu tidak membuatmu ingat kepada-KU ............!!!!!!!

Percayalah AKU selalu mengasihimu .....dan AKU tetap berharap suatu saat engkau akan menyapa-KU .....memohon perlindungan-KU .....bersujud menghadap-KU ......Yang selalu menyertaimu setiap saat ........

Note: apakah kita memiliki cukup waktu untuk mengirimkan surat ini kepada orang - orang yang kita sayangi??? Untuk mengingatkan mereka bahwa segala apapun yang kita terima hingga saat ini, datangnya hanya dari ALLAH SWT...... semata.
Diposkan oleh Tahajud call Comunity jam 20:42

Sabtu, 02 April 2011

Doa..


Ya Allah...
Untuk dia jodohku, siapapun dia dan dimanapun dia berada saat ini,,
Jagalah dia untukku, mudahkanlah segala urusannya,,
Mantapkan hatinya dan ringankanlah langkahnya untuk segera datang kehadapanku
Mengajakku menggenapkan separuh dien dan menyegerakan sunah rasul-Mu. Amin...

Kamis, 31 Maret 2011

Dampak Globalisasi pada pelayanan keperawatan


Globalisasi harus dijadikan agenda baru kesehatan masyarakat ketika Indonesia memasuki abad 21. Globalisasi akan memberikan dampak yang sangat luas kepada Indonesia. Dampak globalisasi diperkirakan dapat memberikan pengaruh baik terhadap penggunaan teknologi kesehatan, sistim pelayanan, penyakit penyakit baru, hingga kondisi sosial kemasyarakatan lainnya. Dengan kata lain mau tidak mau, dampak globalisai harus menjadi salah satu prioritas area garapan bidang kesehatan di Indonesia.
Teknologi juga akan menjadi kata kunci. Perubahan teknologi akan bergerak dengan cepat. Karena teknologi baik software maupun hardware adalah faktor risiko kesehatan, maka akan terjadi perubahan masalah kesehatan yang sangat massive dan cepat. Sedangkan modal adalah penentu teknologi, penentu lapangan kerja peningkatan sosial ekonomi yang pada akhirnya kesehatan (Baum, 2002). Salah satu teknologi yang bergerak luar biasa cepat adalah teknologi komunikasi. Globlasisasi juga akan merambah budaya, berbagai gerakan sosial, fashion, image. Dalam bidang pendidikan keluarga, peran orang tua bisa menurun, akibat anak anak kita akses informasi secara langsung melalui internet.
Pengaruh globalisasi terhadap kesehatan
Kimball (2005), melihat dengan adanya globalisasi berbagai komoditas berbagai ragam barang terlihat bergerak dengan cepat dari satu negara keberbagai penjuru dunia, dengan cara diam diam namun memberikan dampak berjangka panjang seperti HIV dan sapi gila (mad cow). Dengan kata lain dalam perspektif penyakit, globalisasi bisa menyimpan bom waktu berupa ledakan penyakit, yang semula tidak nampak tapi suatu ketika akan merupakan beban berat bagi negara yang terkena. Diperkirakan masalah masalah seperti ini akan menimbulkan masalah dunia dimasa yang akan datang. Menghadapi masalah global semacam ini, yakni penyebaran penyakit berbahaya secara global, Martin (2005) mengemukakan bahwa penyebaran penyakit diperkirakan justeru akan memberikan dampak sebaliknya terhadap proses globalisasi.
Dengan adanya globalisasi berbagai masalah negara termasuk penyakit semakin borderless. Masalah kesehatan di sebuah wilayah terpencil bisa menjadi masalah dunia. Masalah SARS yang semula ada di Guangdong, China menjadi masalah Global. Masalah flu burung yang ada di sebuah dusun di sebuah wilayah di pulau Jawa, bisa menjadi masalah global. Untuk itu dalam menghadapi masalah masalah global yang cenderung lintas batas, diperlukan kerjasama antar negara dalam menangani berbagai masalah kesehatan.
Trickle down effect
Meskipun secara umum globalisasi memiliki potensi dampak negatif namun ada juga sisi positifnya. Dari sisi positif, sesuai harapan para perancang globalisasi, kebijakan globalisasi dapat meningkatkan perdagangan dan perekonomian, sehingga lapangan pekerjaan dan pendapatan diberbagai negara akan meningkat. Dengan peningkatan perekonomian diharapkan ada peningkatan kesejahteraan rakyat termasuk didalamnya derajat kesehatan masyarakat. Namun dari pandangan tersebut, dampak positif masih menyimpan potensi dampak negatif, yakni masalah pemerataan pendapatan yang ujungnya tentu kesenjangan derajat kesehatan. Selain itu kelompok ini juga berpendapat bahwa yang diperkirakan paling diuntungkan adalah para pemilik trans national company (TNC) beserta para pemodalnya, bukan masyarakat pada umumnya. Keuntungan akan menumpuk pada kelompok tertentu dan negara tertentu. Globalisasi hanya menimbulkan dampak positif terhadap siapapun yang sudah siap. Ibarat gerbong kereta tetap akan ada yang didepan ada yang dibelakang. Ada yang menjadi pemimpin yang akan menarik kelompok lain yang tetap menjadi pengikut. Tidak mungkin semua negara akan menjadi penarik gerbong dan tidak mungkin semua menjadi pengikut. Trickle down effect diharapkan akan terjadi. Dampak positif lain, korupsi dinegara berkembang menjadi berkurang.
Globalisasi yang akan berpengaruh terhadp perkembangan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan ada 2 yaitu ;
1) Tersedianya alternatif pelayanan
2) Persaingan penyelenggaraan pelayanan untuk menarik minat pemakai jasa pemakai kualitas untuk memberikan jasa pelayanan kesehatan yang terbaik.
Untuk hal ini berarti tenaga kesehatan, khususnya tenaga keperawatan diharapkan untuk dapat memenuhi standar global dalam memberikan pelayanan / asuhan keperawatan. Dengan demikian diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan professional dengan standar internasional dalam aspekintelektual, interpersonal dan teknikal, bahkan peka terhadap perbedaan social budaya dan mempunyai pengetahuan transtrutural yang luas serta mampu memanfaatkan alih IPTEK.
Tuntutan profesi keperawatan Keyakinan bahwa keperawatan merpakan profesi harus disertai dengan realisasi pemenuhan karakteristik keperawatan sebagai profesi yang disebut dengan professional (Kelly & Joel,1995). Karakteristik profesi yaitu ;
a) Memiliki dan memperkaya tubuh pengetahuan melalui penelitian
b) Memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain
c) Pendidikan yang memenuhi standar
d) Terdapat pengendalian terhadap praktek
e) Bertanggug jawab & bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan
f) Merupakan karir seumur hidup
g) Mempunyai fungsi mandiri dan kolaborasi.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai organisasi profesi perawat, mempunyai tanggung jawab utama yaitu melindungi masyarakat / publik, profesi keperawatan dan praktisi perawat. Melihat pentingnya tugas perawat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sudah sepatutnya perawat ditempatkan sejajar dengan profesi kesehatan lain dengan kemandirian tugas profesinya. Selama ini perawat selalu berlindung dibalik profesi lain dengan terus melaksanakan tugas pelimpahan dari profesi lain sementara tugas mandiri perawat terlupakan.
Praktek keperawatan yang dilakukan ditentukan oleh suatu standar organisasi profesi (PPNI) serta sistem yang mengatur dan ada suatu pengendalian berupa undang-undang yang akan menjadi landasan bagi perawat dalam bekerja. Namun sampai sekarang undang-undang yang dimaksud belum disyahkan dan belum ada jawaban dari anggota wakil rakyat. Maka melalui moment hari keperawatan sedunia yang jatuh pada tanggal 12 Mei seluruh elemen perawat, mahasiswa keperawatan maupun orang yang cinta keperawatan mendesak Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Praktek Keperawatan menjadi UU sebelum akhir tahun ini. Dan diperkirakan yang ikut demonstrasi di Jakarta sekitar 20 ribu perawat. Jumlah tersebut belum termasuk yang di kota-kota lain di seluruh Indonesia.
Di Indonesia jumlah lulusan S1 maupun DIII yang dihasilkan oleh institusi baik negeri maupun swasta terus bertambah. Jumlahnya lulusan pun ribuan dan hanya beberapa ratus saja yang daat diserap oleh rumah sakit atau institusi kesehatan lain. Anehnya sebagian besar institusi pendidikan tidak pernah memikirkan lulusannya. Bagi institusi yang dipentingkan adalah mendapatkan mahasiswa sebanyak-banyaknya. Hal itu sebenarnya harus ada pembatasan dan tanggung jawab yang jelas dari institusi pendidikan tentang lulusannya. Padahal tahun depan akan diberlakukan kesepakatan bahwa perawat antar negara ASEAN bebas bekerja di negara tersebut.
Tantangan profesi perawat di Indonesia di abad 21 ini semakin meningkat. Seiring tuntutan menjadikan profesi perawat yang di hargai profesi lain. Profesi keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini tidak hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri. Pembenahan internal yang meliputi empat dimensi dominan yaitu; keperawatan, pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan dan praktik keperawatan. Belum lagi tantangan eksternal berupa tuntutan akan adanya registrasi, lisensi, sertifikasi, kompetensi dan perubahan pola penyakit, peningkatan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban, perubahan system pendidikan nasional, serta perubahan-perubahan pada supra system dan pranata lain yang terkait.
Untuk menjawab tantangan-tantangan itu dibutuhkan komitmen dari semua pihak yang terkait dengan profesi ini, organisasi profesi, lembaga pendidikan keperawatan juga tidak kalah pentingnya peran serta pemerintah. Organisasi profesi dalam menentukan standarisasi kompetensi dan melakukan pembinaan, lembaga pendidikan dalam melahirkan perawat-perawat yang memiliki kualitas yang diharapkan serta pemerintah sebagai fasilitator dan memiliki peran-peran strategis lainnya dalam mewujudkan perubahan ini.
Tanggung jawab secara umum, yaitu;
1. Menghargai martabat setiap pasien dan keluargannya.
2. Menghargai hak pasien untuk menolak pengobatan, prosedur atau obat-obatan tertentu dan melaporkan penolakan tersebut kepada dokter dan orang-orang yang tepat di tempat tersebut.
3. Menghargai setiap hak pasien dan keluarganya dalam hal kerahasiaan informasi.
4. Apabila didelegasikan oleh dokter menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien dan memberi informasi yang biasanya diberikan oleh dokter.
5. Mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal-hal penting kepada orang yang tepat. Dan tanggung gugat yang menjadi salah satu tantangan dalam profesi keperawatan didasarkan peraturan perundang-undangan yang ada. Tanggung gugat bertujuan untuk :
• Mengevaluasi praktisi-praktisi professional baru dan mengkaji ulang praktisi-praktisi yang sudah ada
• Mempertahankan standart perawatan kesehatan,
• Memberikan fasilitas refleksi professional, pemikiran etis dan pertumbuhan pribadi sebagai bagian dari professional perawatan kesehatan,
• Memberi dasar untuk membuat keputusan etis.
Diharapkan disiplin keperawatan baik dalam tataran keilmuan maupun profesi sebagai bagian dari disiplin kesehatan harus dapat memberikan andil pada upaya penanganan masalah kesehatan yang semakin hari semakin kompleks, baik pada aspek operasional pelayanan maupun aspek kebijakan. Kompleksitas masalah kesehatan disertai dengan meningkatnya kesadaran masyarakat sebagai pengguna jasa layanan professional, pemahaman akan aspek etik dan legalnya, tantangan globalisasi dalam konteks kemudahan akses, beserta arus masuk dan keluarnya informasi serta ketersediaan layanan yang kompetitif juga menuntut perubahan perawat sebagai profesi
Kesiapan disiplin dan masyarakat keperawatan tersebut dapat diwujudkan melalui penyediaan sumber daya keperawatan yang mampu menelaah perkembangan masyarakat dengan segala permasalahan kesehatannya, mampu mempelajari, menganalisis dan menggunakan perkembangan iptek terkini untuk aplikasi dan pengembangan pola dan modalitas pelayanan keperawatan, mampu menggali informasi mutakhir tentang berbagai kebijakan – pandangan tentang aspek etik dan legal sebagai basis untuk merumuskan kapasitas dan intervensi keperawatan dalam tatanan sistem yang berlaku.
Sumber daya keperawatan seperti ini dibutuhkan dalam tataran dan kapasitasnya sebagai praktisi, pendidik, pengelola maupun peneliti. Ke-empat peran ini selayaknya disiapkan secara sinergis. Fungsi pendidik dan peneliti memberi andil sangat bermakna dalam meyiapkan kemampuan praktisi dan pengelola keperawatan, sedangkan praktisi dan pengelola keperawatan dalam menjalankan fungsinya sebagai wujud gambaran peran utama yang dapat dilihat langsung tentang apa dan bagaimana pelayanan keperawatan harus dilakukan dan diberikan kepada masyarakat. Ke-empat peran ini apabila dijalankan secara baik dan sinergis akan berakumulasi pada perwujudan profesionalisme keperawatan sehingga memberi andil pada terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Rabu, 30 Maret 2011

osteopororsis pada lansia


BAB I
Pendahuluan

1. Latar belakang
Proses penuaan adalah proses alami yang akan dialami oleh semua orang seiring dengan bertambahnya usia. Lansia kini menjadi perhatian PKBI, setelah Rencana Strategis (Renstra) PKBI Tahun 2001-2010 disahkan dalam MUNAS XI PKBI Tahun 2000. PKBI secara luas memandang manusia dengan menggunakan pendekatan siklus kehidupan, yaitu pendekatan yang melihat manusia secara utuh dimulai dari masa konsepsi, kelahiran, anak, remaja, dewasa hingga usia lanjut. Lansia juga menjadi perhatian karena jumlahnya yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Jika pada tahun 1970-an, jumlah lansia masih sekitar 4,5 % dari jumlah penduduk, maka tahun 1990 meningkat menjadi 6,6 % dan diperkirakan akan mencapai 11% pada tahun 2020. Pertambahan penduduk lansia ini disebabkan karena semakin membaiknya pelayanan kesehatan dan meningkatnya usia harapan hidup orang Indonesia. (Istiany,2006)
Secara biologis, penuaan menjadikan manusia rentan terhadap berbagai penyakit. Demikian pula dengan lansia yang kesehatannya rentan karena menurunnya fungsi berbagai alat tubuh. Produksi zat-zat untuk daya tahan tubuh, termasuk produksi hormon, enzim, dan sebagainya akan menurun seiiring dengan bertambahnya usia. Pada umumnya, penyakit pada lansia mempunyai karakteristik sebagai berikut : penyakit biasanya komplikasi, saling terkait dan kronis, biasanya bersifat degeneratif, sering menimbulkan kecacatan dan kematian, seringkali terdapat problem psikologis dan sosial. (Istiany,2006)
Menurut Menteri Kesehatan RI, Siti Fadilah Supari meskipun angka kejadian osteoporosis di Indonesia belum diketahui dengan pasti, namun resiko terjadinya osteoporosis cukup tinggi. Ini disebabkan meningkatnya harapan hidup yang dahulu 64 tahun sekarang menjadi 69 tahun. Menurutnya, pada tahun 2009 angka harapan hidup penduduk Indonesia di atas 70 tahun. Pada tahun 2000 penduduk usia lanjut di Indonesia, berjumlah sekitar 16 juta orang, diperkirakan pada tahun 2006 menjadi 18,4 juta orang. Sehingga Indonesia menepati urutan keempat paling banyak setelah China, India dan Amerika.
Peningkatan usia harapan hidup manusia cukup menggembirakan. Namun, itu menjadi masalah tersendiri di dunia, dan juga di Indonesia, terutama bagi wanita. Salah satu masalahnya adalah penurunan hormon estrogen secara alamiah karena faktor usia. Semakin lanjut usia, semakin menurun kadar hormon estrogen dalam tubuh. Penurunan kadar hormon ini umumnya terjadi pada usia-usia awal masa klimakterium (40 tahun).
Penurunan hormon menyebabkan keluhan klinis defisiensi estrogen pada masa pramenopaus akhir dan menopaus (45-50 tahun). Misalnya, gangguan haid, gejolak panas, keringat banyak, susah tidur, gelisah, pelupa, pemarah, dan detak jantung berdebar-debar. Itu semua menurunkan kualitas wanita karena masa tulang yang menurun (osteopenia). Pada masa menopaus dan pascamenopaus, hormon estrogen hilang dari dalam tubuh wanita sehingga dapat mengancam terjadinya dimentia, osteoporosis, dan kualitas hidup makin menurun. Akibatnya, wanita usia lanjut menjadi malas, jarang beraktivitas, jarang terkena paparan sinar matahari pagi sehingga meningkatkan risiko osteoporosis. Osteoporosis memang tak menimbulkan keluhan klinis sehingga aktivitas rutin berjalan terus. Namun, tulang berada dalam ambang patah. Apabila terjadi patah tulang, barulah rasa nyeri muncul dan angka mortalitas pascaoperasi patah tulang osteoporosis meningkat. Kasus penyakit pengeroposan tulang atau osteoporosis dini di Indonesia ternyata lebih tinggi dari angka rata-rata dunia. Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit ini sedangkan prevalensi dunia hanyalah satu dari tiga orang yang berisiko menderita kasus ini. (Istiany,2006)
Angka ini diperoleh melalui hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan di 16 daerah Selama ini mengatasi osteoporosis dilakukan dengan terapi penggantian hormon dan operasi. Di Amerika Serikat dan Eropa, biaya untuk pengobatan penggatian hormon dan operasi patah tulang ini tidak sedikit. Di Amerika Serikat, misalnya, kasus patah tulang osteoporosis mencapai 1,5 juta orang. Untuk itu dana pengobatan yang dibutuhkan sebesar 13,5 miliar dolar AS (sekitar Rp 115 triliun). Angka tersebut diperkirakan meningkat pada 2020. Di Indonesia jumlah wanita usia lanjut pada tahun 2000 bertambah sebanyak 15,5 juta orang. Yang berisiko patah tulang osteoporosis sebesar 14,7 persen. Dari angka ini yang mengalami fraktur osteoporosis sebanyak 227.850 orang. Biaya yang perlu dikeluarkan untuk pengobatan diperkirakan sebesar 2,7 miliar dolar AS (sekitar Rp 22,9 triliun).
Kecelakaan akibat osteoporosis merupakan penyebab kematian kelima pada tahun 1994 untuk lansia, dua pertiganya akibat jatuh. Kematian akibat jatuh sangat sulit diidentifikasi karena sering tidak disadari oleh keluarga atau dokter pemeriksanya, sebaliknya jatuh juga bisa merupakan akibat penyakit lain misalnya serangan jantung mendadak (Darmojo, 1999). Fraktur collum femuris merupakan komplikasi utama akibat jatuh pada lansia, diderita oleh 200.000 lebih lansia di Amerika Serikat per tahun, sebagian besar wanita. Diestimasikan 1% lansia yang jatuh akan mengalami fraktur collum femuris, 5% akan mengalami fraktur tulang lain, seperti iga, humerus, pelvis, dan lain-lain, 5% akan mengalami perlukaan jaringan lunak. Perlukaan jaringan lunak yang serius seperti sub dural hematome, hemarthroses, memar, dan keseleo otot juga sering merupakan komplikasi akibat jatuh (Kane et al, 1994). Resiko untuk terjadinya perlukaan akibat jatuh merupakan efek gabungan dari penurunan respon perlindungan diri ketika jatuh dan besar kekuatan terbantingnya (Reuben, 1996).
Gangguan keseimbangan merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan seorang lansia mudah jatuh. Berdasarkan survey di masyarakat Amerika Serikat, sekitar 30% lansia umur lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya, separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang. Reuben, dkk (1996) mendapatkan insiden jatuh di masyarakat Amerika Serikat pada umur lebih dari 65 tahun berkisar 1/3 populasi lansia setiap tahun dengan rata-rata jatuh 0,6/orang. Insiden di rumah-rumah perawatan (nursing home) 3 kali lebih banyak (Tinneti, Lima persen dari penderita jatuh ini mengalami patah tulang atau memerlukan perawatan di rumah sakit.
Maka karena permasalahan tersebut di makalah ini akan di bahas mengenai Osteoporosis pada lansia, pencegahan dan pengobatannya.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Defenisi osteoporosis
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.
Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat.Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria). Juga persediaan vitamin D yang adekuat, yang diperlukan untuk menyerap kalsium dari makanan dan memasukkan ke dalam tulang.Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan.Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.
2. Jenis Osteoporosis
a) Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat.Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
b) Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru.Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.
c) Osteoporosis sekunder dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan.Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan).Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.
d) Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui.Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
3. Etiologi/ penyebab
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:
a) Determinan Massa Tulang
• Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis.
• Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di sampihg faktor genetik
• Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya.
b) Determinan penurunan Massa Tulang
• Faktor genetik
Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang tobih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama
• Faktor mekanis
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
• Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.
• Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.
Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif
• Estrogen.
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
• Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
• Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .
4. Gejala
Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit.Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan.
5. Patogenesis
a) Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang
b) Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekula
c) Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda
d) Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 % dan pd wanita 40-50 %
e) Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum femoris, dan korpus vertebra
f) Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian distal

6. Manifestasi Klinis
a) Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah:
b) Nyeri timbul mendadak
c) Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
d) Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur
e) Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena melakukan aktivitas
f) Deformitas vertebra thorakalis  Penurunan tinggi badan
g)
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan non-invasif yaitu ; Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total dan massa tulang, Pemeriksaan absorpsiometri, Pemeriksaan komputer tomografi (CT)
Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.
Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).

8. Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi.Wanita paska menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis.
Alendronat berfungsi: mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pasca menopause, meningkatakan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul, mengurangi angka kejadian patah tulang. Supaya diserap dengan baik, alendronat harus diminum dengan segelas penuh air pada pagi hari dan dalam waktu 30 menit sesudahnya tidak boleh makan atau minum yang lain. Alendronat bisa mengiritasi lapisan saluran pencernaan bagian atas, sehingga setelah meminumnya tidak boleh berbaring, minimal selama 30 menit sesudahnya. Obat ini tidak boleh diberikan kepada orang yang memiliki kesulitan menelan atau penyakit kerongkongan dan lambung tertentu.
Kalsitonin dianjurkan untuk diberikan kepada orang yang menderita patah tulang belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan dalam bentuk suntikan atau semprot hidung.Tambahan fluorida bisa meningkatkan kepadatan tulang. Tetapi tulang bisa mengalami kelainan dan menjadi rapuh, sehingga pemakaiannya tidak dianjurkan.
Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.

9. Pencegahan Osteoporosis
Tindakan pencegahan sebagai berikut:
a) Asupan kalsium cukup
Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium.
Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis harian yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk usia lansia dianjurkan 1200 mg per hari.Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Pilihlah makanan sehari-hari yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan.
b) Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore)
Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang. Untungnya, Indonesia beriklim tropis sehingga sinar matahari berlimpah. Berjemurlah di bawah sinar matahari selama 30 menit pada pagi hari sebelum jam 09.00 dan sore hari sesudah jam 16.00.
c) Melakukan olah raga dengan beban
Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olah raga beban misalnya berjalan dan menaiki tangga tetapi berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang.Dr. Ade Tobing, Sp.KO kini mengenalkan yang disebut latihan jasmani yang baik, benar, terukur dan teratur (BBTT). Latihan BBTT ternyata terbukti bermanfaat dalam memelihara dan meningkatkan massa tulang. Oleh sebab itu, latihan fisik (BBTT) dapat dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit osteoporosis.
d) Gaya hidup sehat
Tidak ada kata terlambat untuk melakukan gaya hidup sehat. Menghindari rokok dan alkohol memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan risiko osteoporosis. Konsumsi kopi, minuman bersoda, dan daging merah pun dilakukan secara bijak.
e) Hindari obat-obatan tertentu
Hindari obat-obatan golongan kortikosteroid. Umumnya steroid ini diberikan untuk penyakit asma, lupus, keganasan. Waspadalah penggunaan obat antikejang. Jika tidak ada obat lain, maka obat-obatan tersebut dapat dikonsumsi dengan dipantau oleh dokter.
f) Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)
Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang. Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim.Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.
10. Epidemiologi
Sementara ini diperkirakan 1 dari 3 wanita dan 1 dari 12 pria di atas usia 50 tahun di seluruh dunia mengidap osteoporosis. Ini menambah kejadian jutaan fraktur lainnya pertahunnya yang sebagian besar melibatkan lumbar vertebra, panggul dan pergelangan tangan (wrist). Fragility fracture dari tulang rusuk juga umum terjadi pada pria.
a) Fraktur Panggul
Fraktur panggul paling sering terjadi akibat osteoporosis. Di AS, lebih dari 250.000 fraktur panggul pertahunnya merupakan akibat dari osteoporosis. Ini diperkirakan bahwa seorang wanita kulit putih usia 50 tahun mempunyai waktu hidup 17,5% beresiko fraktur femur proksimal. Insidensi fraktur panggul meningkat setiap dekade dari urutan ke 6 menjadi urutan ke 9 baik untuk wanita maupun pria pada semua populasi. Insidensi tertingi ditemukan pada pria dan wanita usia 80 tahun ke atas.
b) Fraktur Vertebral
Antara 35-50% dari seluruh wanita usia di atas 50 tahun setidaknya satu mengidap fraktur vertebral. Di AS, 700.000 fraktur vertebra terjadi pertahun, tapi hanya sekitar 1/3 yang diketahui. Dalam urutan kejadian 9.704 wanita usia 68,8 tahun pada studi selama 15 tahun, didapatkan 324 wanita sudah menderita fraktur vertebral pada saat mulai dimasukkan ke dalam penelitian; 18.2% berkembang menjadi fraktur vertebra, tapi resiko meningkat hingga 41.4% pada wanita yang sebelumnya telah terjadi fraktur vertebra.
c) Fraktur Pergelangan Tangan
Di AS, 250.000 fraktur pergelangan tangan setiap tahunnya merupakan akibat dari osteoporosis.] Fraktur pergelangan tangan merupakan tipe fraktur ketiga paling umum dari osteoporosis. Resiko waktu hidup yang ditopang fraktur Colles sekitar 16% untuk wanita kulit putih. Ketika wanita mencapai usia 70 tahun, sekitar 20%-nya setidaknya terdapat satu fraktur pergelangan tanga
d) Fraktur Tulang Rusuk
Fragility fracture dari tulang iga umumnya terjadi pada laki-laki usia muda 25 tahun ke atas. Tanda-tanda osteoporosis pada pria ini sering diabaikan karena sering aktif secara fisik dan menderita fraktur pada saat berlatih aktifitas fisik. Contohnya ketika jatuh saat berski air atau jet ski. Bagaimanapun, tes cepat dari tingkat testosteron individu berikut diagnosis fraktur akan nampak dengan mudah apakah individu kemungkinan beresiko
11. Posyandu Lansia
Posyandu atau pos pelayanan terpadu merupakan program Puskesmas melalui kegiatan peran serta masyarakat yang ditujukan pada masyarakat setempat, khususnya balita, wanita usia subur, maupun lansia. Pelayanan kesehatan di posyandu lanjut usia metiputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman salah satu kesehatan yang dihadapi. Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan di posyandu lansia antara lain pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari, pemeriksaan status inental, pemeriksaan status gizi, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan hemoglobin, kadar gula dan protein dalam urin, pelayanan rujukan ke puskesmas dan penyuluhan kesehatan. Kegiatan lain yang sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran (Pemkot Yogyakarta, 2007).
Kegiatan posyandu lansia yang berjalan dengan baik akan memberi bagi lansia kemudahan pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal. Berbagai kegiatan dan program posyandu lansia tersebut sangat baik dan banyak memberikan manfaat bagi para orang tua di wilayahnya. Seharusnya para lansia berupaya memanfaafkan adanya posyandu tersebut sebaik mungkin, agar kesehatan para lansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal. Lansia yang tidak aktif dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di posyandu lansia, maka kondisi kesehatan mereka tidak dapat terpantau dengan baik, sehingga apabila mengalami suatu resiko penyakit akibat penurunan kondisi tubuh dan proses penuaan dikhawatirkan dapat berakibat fatal dan mengancam jiwa mereka. Penyuluhan dan sosialisasi tentang manfaat posyandu lansia perlu terus ditingkatkan dan perlu mendapat dukungan berbagai pihak, baik keluarga, pemeritah maupun masyarakat itu sendiri.
12. Kegiatan Senam lansia
Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemamp meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.
a) Manfaat Olahraga Bagi Lansia
Manfaat dari olahraga bagi lanjut usia menurut Nugroho (1999; 157) antara lain :
• Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia
• Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (adaptasi)
• Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan, misalya sakit.Sebagai Rehabilitas
Pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, tolerasnsi latihan, kapasitas aerobik dan terjadinya peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan/olah raga seperti senam lansia dapatmengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan. (Darmojo 1999;81)
b) Komponen aktivitas dan kebugaran
Menurut Darmojo (1999:74) komponen aktivitas dan kebugaran terdiri dari:
• Self Efficacy (keberdayagunaan-mandiri) adalah istilah untuk menggambarkan rasa percaya atas keamanan dalam melakukan aktivitas. Hal ini sangat berhubungan dengan ketidaktergantungan dalam aktivitas sehari-hari. Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang usia lanjut mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas.
• Latihan Pertahanan (resistence training) keuntungan fungsional atas latihan pertahanan berhubungan dengan hasil yang didapat atas jenis latihan yang bertahan, antara lain mengenai kecepatan bergerak sendi, luas lingkup gerak sendi (range of motion) dan jenis kekuatan. Yang dihasilkan pada penelitian-penelitian dipanti jompo didapatkan bahwa latihan pertahanan yang intensif akan meningkatkan kecepatan gart (langkah) sekitar 20% da kekuatan untuk menaiki tangga sebesar 23-38%
• Daya Tahan (endurance) daya tahan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kerja dalam waktu yang relatif cukup lama. Pada lansia latihan daya tahan /kebugaran yang cukup keras akan meningkatkan kekuatan yang didapat dari latihan bertahan. Hasil akibat latihan kebugaran tersebut bersifat khas untuk latihan yang dijalankan (training specifik), sehingga latihan kebugaran akan meningkatkan kekuatan berjalan lebih dengan latihan bertahan.
• Kelenturan (flexibility) pembatasan atas lingkup gerak sendi, banyak terjadi pada lanjut usia yang sering berakibat kekuatan otot dan tendon. Oleh karena itu latihan kelenturan sendi merupakan komponen penting dari latihan atau olah raga bagi lanjut usia.
• Keseimbangan-keseimbangan merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan lansia sering jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan motork yang dihasikan oleh berbagai faktor, diantaranya input sesorik dan kekuatan otot. Penurunan keseimbangan pada lanjut usia bukan hanya sebagai akibat menurunya kekuatan otot atau penyakit yang diderita. Penurunan keseimbangan bisa diperbaiki dengan berbagai latihan keseimbangan. Latihan yang meliputi komponen keseimbangan akan menurukan insiden jatuh pada lansia.
BAB III
KESIMPULAN

Peningkatan usia harapan hidup manusia cukup menggembirakan. Namun, itu menjadi masalah tersendiri di dunia, dan juga di Indonesia, terutama bagi wanita. Salah satu masalahnya adalah penurunan hormon estrogen secara alamiah karena faktor usia. Semakin lanjut usia, semakin menurun kadar hormon estrogen dalam tubuh. Penurunan kadar hormon ini umumnya terjadi pada usia-usia awal masa klimakterium (40 tahun).Oleh sebab itu penyuluhan dan sosialisasi tentang manfaat posyandu lansia perlu terus ditingkatkan dan perlu mendapat dukungan berbagai pihak, baik keluarga, pemeritah maupun masyarakat itu sendiri.

Selasa, 29 Maret 2011

Maafkan aku yang meninggalkanmu karnaNya


Dengan nama Allah... sebaik-baik Pemberi Ganjaran.
Namamukah yang tertulis di luh mahfuz sana?
Engkaukah yang bakal menemaniku jalan menuju syurga?
Dirimukah yang akan melengkapkan separuh dari agamaku?
Adakah kau yang tercipta untukku?
Jawab pertanyaanku ini.
Jawab!

Kau takkan pernah dapat memberi jawaban,
Karena jawabannya bukan di tanganmu,
Tetapi di tangan-Nya.
Di tangan Tuhan kita; Allah,
Tuhanku dan Tuhanmu.

Gelisahku memikirkan dirimu,
Dan ketakutanku memikirkan Tuhanku,

Maafkan aku,
Ketakutanku pada Tuhanku melebihi kegelisahanku memikirkanmu.

Ku akan menjemput dirimu pabila waktunya tiba,
Sebelum sampai saat itu, biarkan aku sendiri bersama Si Dia,
Akan kucipta cinta bersama Dia,
Sebelum kucipta cinta antara kita.
Jadilah dirimu bunga yang mekar,

Dan doakan aku agar menjadi kumbang yang hebat,
Untuk itu, Aku tinggalkan dirimu pada-Nya
Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu,
Tidak ada suatu binatang melata melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya,
Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.
Usah bersedih atas perpisahan sementara ini,

Jika benar aku tercipta untukmu,
Tiada apa yang dapat menghalangnya,
Sebelum saat itu tiba,
Berdoalah pada Allah moga diberi kekuatan,

Mohonlah padanya dengan penuh mengharap.
Yakinlah pada janji Allah!

Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga) [Surah An Nur: 26]

Sesungguhnya Allah takkan pernah mensia-siakan pengorbananmu,
Bilamana kita tinggalkan semua ini kerana Allah semata,
Yakinlah!
Akan ada sesuatu yang indah untukmu di pengakhiran nanti.

Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu, Daripada yang sekarang (permulaan), Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , Lalu (hati) kamu menjadi puas. [Surah Ad dhuha: 4 & 5]

Beruntunglah kamu!
Tatkala Allah memilihmu untuk menyadari hakikat perhubungan antara lelaki dan wanita

Allah memilihmu!
Jangan pernah sia-siakan kasih sayang Allah ini.

Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya [Surah As Syams: 8-10]

"Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu [Surah Fussilat: 30]

Dan ketika kamu merasa lemah, Mohonlah kekuatan dari-Nya, Allah itu dekat, Yakin pasti. Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka mohonlah perlindungan kepada Allah, Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [Surah Fussilat: 36]

Kamu dan aku adalah intan terpilih,
Berdoalah aku kuat dan tabah untuk menjaga kilauannya,
Berdoalah sebelum yang halal tiba,
Aku juga sentiasa mendoakanmu agar dalam peliharanya,
Sentiasa.

By.LULU

Imunisasi DPT


IMUNISASI DPT

1. Pengertian imunisasi

Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1611/MENKES/SK/XI/2005 imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut.

Imunisasi dasar adalah imunisasi wajib yang sesuai Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang terdiri dari BCG untuk mencegah penyakit tuberkulosis, DPT untuk mencegah penyakit Diphteri, Pertusis dan Tetanus, imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak, imunisasi polio untuk mencegah penyakit polio, dan Hepatitis B untuk mencegah penyakit Hepatitis B (penyakit hati) (Ranuh, 2005).

Vaksin adalah suatu produk biologik terbuat dari kuman, komponen kuman atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk merangsang kekebalan tubuh seseorang (Kepmenkes RI, 2005).

2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar (Ranuh, 2005).

3. Manfaat Imunisasi

Pada anak imunisasi mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit yang terjangkit seperti : Hepatitis B, Difteri, Batuk rejan, Tetanus, Polio, Campak. Pada keluarga, imunisasi menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.dan pada negara, imunisasi memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara. (www.unicef.org)



4. Dua macam kekebalan ( cara untuk mendapatkan kekebalan )

* Kekebalan pasif

Anak diberiakan antibodi yang yang sudah dibuat misalnya : Pasien tetanus diberikan antitoksin tetanus ( imunoglobin tetanus ) Pasien difteri diberikan antitoksin difteri, Pasien karena gigitan ular diberikan antitoksi bisa ular, dll

* Kekebalan aktif

Anak membuat antibodi sendiri untuk dapat menghasilkan antibodi tertentu. Seseorang harus terinfeksi oleh penyakit tertentu baik melalui terjangkit penyakit tersebut atau melalui pemberian vaksin yang mengandung bakteri atau virus atau racun yang sudah dilemahkan. Kekebalan aktif dapat bertahan lama. Imunisasi aktif dapat diberikan terhadap penyakit: Batuk rejan dengan pemberian vaksin pertusis, Tetanus dengan pemberian vaksin tetanus toksin, Difteri dengan pemberian vaksin difteri.

5. Keadaan tubuh sewaktu imunisasi

Sewaktu dilakukan imunisasi hendaknya tubuh tidak boleh dalam keadaan sakit , karena hal ini akan mengakibatkan daya untuk membuat zat anti rendah (Wahidiyat, 2005). Bayi yang sedang sakit berat atau yang pertahanan tubuhnya tidak normal besar kemungkinannya akan jadi sakit atau menjadi karier sehat apabila divaksinasi. Anak yang mendapat kortikosteroid, pasien HIV, anak dengan malnutrisi berat, merupakan contoh anak yang berisiko. Imunisasi polio oral pada anak dengan defisiensi imun akan mengakibatkan pengeluaran virus polio vaksin lebih lama dibandingkan dengan anak normal.

6. Keefektifan Imunisasi

Faktor yang mempengaruhi keefektifan imunisasi adalah :

* Cold chain (rantai vaksin)

Semua peralatan dan prosedur yang diperlukan, agar secara pasti vaksin terproteksi dari suhu dan cahaya yang tidak tepat, saat transportasi sejak dari pabrik hingga saat diberikan ke pasien. Pengawasan cold chain vaksin diperlukan untuk memastikan bahwa telah dilakukan transportasi dan penyimpanan vaksin sesuai rekomendasi pabrik.

* Ketepatan jadwal imunisasi
* Orang yang memberikan imunisasi
* Dosisnya sudah tepat atau sesuai
* Vaksinnya tepat
* Tanggal kadaluwarsa diperhatikan (Ranuh, 2005)



7. Imunisasi DPT

a. Pengertian imunisasi DPT

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit dipteri, pertusis dan tetanus,dan tidak akan menderita penyakit tersebut.

Imunisasi DPT adalah pemberian kekebalan secara stimulan terhadap difteri pertusis dan tetanus

b. Penyakit dipteri, pertusis dan tetanus

1. Difteri

Di Indonesia dari lima RS di jakarta, bandung, makasar, semarang dan palembang dilaporkan angka kejadian tahun 1991-1996 ada 473 pasien terdapat 45% usia balita, 27% usia <1 tahun, 24% usia 5-9 tahun dan 4% usia di atas 10 tahun. Berdasarkan suatu KLB difteri di kota semarang pada tahun 2003 dilaporkan bahwa dari 33 pasien sebanyak 46% berusia 15-44 tahun serta 30% berusia 5-14 tahun. (Widoyono,2005)

Penyebabnya bakteri Corynebakterium diphteriae. Penyebarannya adalah melalui droplet saat penderita batuk, bersin, dan berbicara. Kuman difteri masuk kedalam tubuh manusia melalui mukosa atau selaput lendir. Kuman akan menempel dan berkembangbiak pada mukosa saluran napas atas. Selanjutnya kuman akan memproduksi toksin yang merembes dan menyebar ke daerah sekitar dan ke seluruh dengan melalui pembuluh darah dan limfe. Gejala awal penyakit adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan dan demam tinggi, terjadi pembentukan membran (pseudomembrane) keputihan pada tenggorokan atau tonsil yang mudah berdarah bila dilepas. Peradangan dapat menyebabkan kematian dengan menyumabat saluran nafas. Komplikasi dapat terjadi karena efek toksin dari kuman yang menyerang saraf menyebabkan kelumpuhan, dan menyerang jantung menyebabkan miokarditis. (Widoyono,2005)

Pencegahan dilakukan dengan memberikan imunisasi DPT pada bayi dan vaksin DT (dipteri , tetanus) pada anak usia sekolah dasar . suatu penelitian melaporkan bahwa pada golongan anak yang diimunisasi terjadi infeksi ringan sebanyak 81,3%, infeksi sedang 16,4% dan infeksi berat hanya 2,3%, sedangkan pada anak yang tidak diimunisasi terjadi infeksi ringan sebanyak 19,0%, infeksi sedang 21,5% dan infeksi berat 59,5%. Mortalitas pada anak yang tidak diberi imunisasi empat kali lebih besar dibandingkan anak yang diberi imunisasi.

2. Pertusis

Di indonesia sejak tahun 1991 kasus pertusis muncul sebagai kasus yang sering dilaporkan diantara penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) pada balita. Pada tahun 1996 tercatat 7796 kasus pertusis dan itu merupakan kasus terbesar sejak tahun 1976. Sekitar 40% kasus pertusis menyerang balita. Akhir-akhir ini dilaporkan bahwa kasus pertusis pada orang dewasa dan KLB pada anak dan remaja semakin meningkat. Estimasi Who menyebutkan bahwa sekitar 600.000 kematian terjadi karena pertusis. Propinsi jawa barat melaporkan 4970 kasus pada tahun 1990 dengan kematian. (Widoyono,2005)

Disebut juga batuk rejan atau batuk seratus hari adalah penyakit pada saluran
pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis. B.pertusis termasuk kelompok kokobasilus gram-negatif, tidak bergerak dan tidak berspora. Bakteri ini memerlukan media untuk tumbuh seperti seperti media darah-gliserin kentang (bordet-gengou) yang ditambah penisilin untuk menghambat pertumbuhan organisme lainnya. Bakteri ini berukuran panjang 0,5µm dan diameter 0,2-0,3µm. Bordetella parapertusis menyebabkan penyakit parapertusis yaitu penyakit sejenis pertusis yang gejalanya lebih ringan. Pertusis yang gejalanya biasanya lebih ringan. (Widoyono,2005)

Penyebaran pertusis adalah melalui droplet. Sebagian besar bayi tertular oleh saudaranya dan kadang-kadang oleh orangtuanya. Penyakit ini sangat menular dan dapat menyerang dengan rata-rata serangan mencapai 80-100% pada kelompok yang rentan. Masa inkubassinya selama 6-20 hari dengan rata-rata 7 hari. Manusia merupakan satu satunya pejamu organisasi ini. Gejala penyakit adalah pilek, mata merah, bersin, demam dan batuk ringan yang lama-kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras.

Perjalanan penyakit terbagi dalam tiga fase berikut :

* Fase kataralis (1-2 minggu), batuk mulanya pada malam hari, pilek, anoreksia
* Fase spasmodik (2-4 minggu) batu makin kuat dan terus-menerus, gelisah, muka merah, diakhiri dengan dengan bunyi whoop samapi mata menjadi merah atau mimisan. Aktivitas seperti tertawa atau menangis bisa memicu batuk.
* Fase penyembuhan/konvalens (1-2 minggu) ditandai dengan berhentinya bunyi whoop dan muntah. Batuk biasanya masih menetap kemudian menghilang dalam waktu 2-3 minggu. (Widoyono,2005)

3. Tetanus

Menurut SKRT 1995, angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 58/1000 kelahiran hidup. Tetanus menyumbangkan 50% kematian bayi baru lahir dan sekitar 20% kematian bayi, serta merupakan urutan ke-5 penyakit penyebabkan kematian bayi di indonesia. Karena kontribusinya yang besar pada AKB, maka penyakit ini masih merupakan masalah besar bagi dunia kesehatan. Pada tahun 1991-1996 terdapat rata-rata 10-25 kasus per tahun per rumah sakit dengan angka kematian 7-23%. Golongan umur yang paling sering menderita penyakit ini adalah bayi (26%), disusul anak 5-9 tahun (19%), anak balita 1-4 tahun (15%) dan usia lebih >10% tahun (12%). (Widoyono,2005)

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin. Penularan tetanus masuk kedalam tubuh manusia biasanya melalui luka yang dalam dengan suasana anerob (tanpa oksigen), sebagai akibat dari kecelakaan, luka tusuk, luka oprasi, karies gigi, radang telinga tengah, dan pemotongan tali pusat. Masa inkubasinya antara 5-14 hari (rata-rata 6 hari) semakin parah gejala yang timbul. Gejala awal adalah kaku pada otot rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasinya adalah patah tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi lain yang dapat menyebabkan kematian. Pencegahan dengan imunisasi aktif dengan toksoid, perawatan luka, dan persalinan yang bersih. (Widoyono,2005)

c. Kemasaan vaksin DPT dan jadwal pemberian

Kemasan dalam bentuk vial, 1 box vaksin terdiri dari 10 vial, satu vial berisi 10 dosis, vaksin berbentuk cairan. Cara pemberian imunisasi dan dosis : disuntikan secara intramuskuler dengan osis pemberian 0,5 ml. Jadwal pemberian DTP I, II, III pada umur bayi 2 bln, 3 bln, 4 bln

d. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)

Reaksi setelah penyuntikan DPT bervariasi dari ringan sampai berat namun tidak seberat jika menderita penyakit tersebut.

1. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) ringan (sering): Demam (1 dari 4 anak), merah dan bengkak di tempat suntikan (1 dari 4 anak), nyeri dan perih di tempat suntikan (1 dari 4 anak), rewel (1 dari 3 anak), tidak nafsu makan (1 dari 10 anak), muntah (1 dari 50 anak).Gejala dapat menghilang 1-7 hari.

2. KIPI sedang (Jarang) :Kejang (1 dari 14.000 anak), menangis lebih dari 3 jam (1 dari 1000 anak), demam >40.5’C (1 dari 16.000 anak)

3. KIPI berat (sangat jarang) : Reaksi alergi berat, Kerusakan otak yang permanen (1 dari sekian juta anak, sulit untuk dipertimbangkan sebagai efek samping dari vaksin karena kejadiannya yang sangat jarang).

e. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Status Imunisasi

Menurut Muamalah (2006) , faktor - faktor yang berhubungan dengan perilaku kesehatan, yaitu :

1. Faktor-faktor predisposisi ( Predisposing Factor ) meliputi pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar, tingkat pendidikan, sikap dan ibu bekerja.

2. Faktor pemungkin ( Enabling Factor ) Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat seperti puskesmas, posyandu, dan kelengkapan alat imunisasi.

3. Faktor-Faktor Penguat ( Reinforcing Factor )

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat ( toma ), tokoh agama ( toga ), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.

4. Keaktifan petugas dalam memotivasi.

5. Kedisiplinan petugas imunisasi.



8. Permasalahan Imunisasi DPT

Menurut Ramli (2008) Namun sampai saat ini, yang menjadi masalah dalam program penegembangan imunisasi adalah drop out dari hasil cakupan imunisasi DPT 3 terhadap hasil cakupan imunisasi DPT 1 masih tinggi. Imunisasi DPT dapt dikatakan berhasil bila bayi/anak telah memperoleh vaksinasi DPT yang ketigakalinya, sebagai imunisasi dasar. Bayi/anak yang telah mendapatkan imunisasi DPT sampai ketigakalinya ini, yang dimaksudkan sebagai pencapaian terget dalam imunisasi DPT. Tingginya kejadian drop out ini, berarti akan mengurangi efektivitas imunisasi ini dalam menimbulkan kekebalan dan melindungi bayi/anak dari penyakit-penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Keadaan seperti ini dengan sendirinya akan mengurangi keberhasilan program imunisasi secara keseluruhan. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, timbul pertanyaan faktor-faktor apakah sebenarnya yang mempengaruhi terjadinya drop out hasil cakupan imunisasi DPT 3 , kejadian drop out imunisasi DPT cukup tinggi antara tahun 1987/1988, keadaan inilah menarik untuk dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap kejadian drop out ini

Faktor tersebut adalah pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT, faktor jumlah anak balita, faktor kepuasan ibu terhadap pelayanan petugas imunisasi, faktor keterlibatan pamong dalam memotovasi ibu dan faktor jarak rumah ke tempat pelayanan imunisasi. Agar kejadian dari drop out dari hasil cakupan imunisasi DPT ketiga terhadap hasil imunisasi DPT pertama dapat ditekan serendah mungkin angka drop outnya, maka faktor-faktor di atas harus diperhatikan dan diberi prioritas jika akan melakukan intervensi dengan tujuan untuk mengurangi kejadian drop out (Ramli, 2008)

Daftar Pustaka

_______________________, KepMenKes No.1457 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota ,Jakarta, 2003

Ali,Muhammad , Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja Tentang Imunisasi, Medan,2002.http://library.usu.ac.id/modules.php.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI, Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Jakarta, 1997

Ramli,R.M,Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Drop Out/ Tidak Lengkap Hasil Imunisasi di Desa Kesongo Semarang Iawa Tengah Tahun 1988 : Skripsi-1988. http://www.journal.unair.ac.id/

Muamalah, Siti (2006) faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi difteri pertusis tetanus (dpt) dan campak http:// digilib.unnes.ac.id

Supraptini,dkk, Cakupan Imunisasi Balita dan ASI Ekslusif di Indonesia ,Hasil Survei Kesehatan Nasional 2001.http://digilib.litbang.depkes.go.id/go

Widyono (2005), penyakit tropis epidemiologi, penularan, pencegahan dan pemberantasan. penerbit erlangga